ASMARA-54

3.3K 472 16
                                    

Pasca keguguran yang dialaminya, Dila sempat menarik diri dari orang-orang. Mood nya juga sangat berantakan. Dila sadar itu. Dila menjadi sangat sensitif dan mudah tersinggung.  Namun Dila tidak ingin terus berada dalam kesedihan itu, pelan-pelan Dila mulai kembali menata hidupnya. Dila mulai menulis lagi, mempublikasi cerita barunya, kali ini Dila memilih menuliskan kisahnya sendiri. Walaupun mungkin tidak spesial, namun Dila ingin mengabadikan kisahnya melalui tulisan. Dila juga akan kembali aktif kegiatan Persit setelah hampir 3 bulan menghilang, artinya sudah 3 bulan berlalu sejak kegugurannya terjadi.

Dila menghembuskan napasnya berulang kali, ini akan menjadi kali pertama ia muncul lagi di kegiatan persit.

"Adek, jadi diantar ke aula?" tanya Daffa yang sejak tadi menunggu di teras. Lelaki itu kembali masuk karena istrinya tidak kunjung keluar.

"Jadi, bentar ambil tas dulu," jawab Dila lalu dia meraih tas hitamnya. Saat Dila hendak keluar, bersamaan juga dengan Daffa yang akan masuk ke kamar mereka.

"Udah?" tanya Daffa.

Dila menganggukkan kepalanya. Daffa kemudian menggenggam tangan Dila.

"Beneran gak apa-apa ini ikut giat persit lagi? Udah oke adek?" tanya Daffa memastikan.

"Iyaa kak, adek gak apa-apa dan udah oke banget, kakak tenang aja," jawab Dila dengan yakin sambil memamerkan senyuman lebarnya.

"Nanti kalau ada apa-apa kabarin ya, kakak hari ini libur," ucap Daffa.

"Oke siap," jawab Dila. Daffa kemudian naik lebih dulu ke jok depan motor, bersiap untuk mengantar sang istri ke aula.

Begitu mereka tiba di aula, suasana sudah ramai. Dila sempat merasa gugup karena dia akan kembali berinteraksi dengan banyak orang. Tangan hangat Daffa lagi-lagi menenangkan Dila. Lelaki itu melempar senyuman tipis.

"Mau dianterin sampai dalam?" tawar Daffa. Dila menggeleng lalu menghembuskan napasnya untuk menenangkan diri.

"Masuk dulu ya," pamit Dila lalu mencium punggung tangan suaminya. Daffa memberikan usapan di puncak kepala Dila dengan gerakan lembut.

"Kakak lihatin dari sini," ucap Daffa.

Dila kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju aula. Beberapa ibu-ibu yang melihat Dila tentu saja langsung menyapa Dila dengan ramah. Dan hal itu mampu membuat Dila lega.

"Ibu Daffa ini akhirnya muncul juga!" Ibu Anwar, istri dari salah satu rekan kerja Daffa segera menggamit lengan Dila dengan sayang.

"Mohon maaf ya, Mbak, lama gak ikut giat," ucap Dila tidak enak hati.

"Gak apa-apa lah, santai aja. Hari ini sebelum arisan mau ada perkenalan anggota baru dulu, makanya arisannya di aula," jelas Ibu Anwar.

Dan istri dari rekan kerja Daffa yang lain pun ikut heboh begitu melihat Dila.

"Sini sini duduk dulu... kita masih tunggu Ibu Danki C dulu ya," ujar Mbak Rahmi sambil menarik lembut tangan Dila untuk duduk di kursi sebelahnya yang kebetulan kosong.

Topik pembahasan ibu-ibu pagi ini adalah pekerjaan. Sebagian besar dari mereka memang adalah wanita karier. Dila hanya diam menyimak, siapa tahu kan ada salah satu diantara mereka yang bisa menjadi narasumber cerita Dila.

"Ibu Daffa gak kerja ya?" tanya Ibu Reza, istri dari senior Daffa.

"Izin menjawab, enggak, Mbak. Kebetulan memang lebih nyaman jadi ibu rumah tangga saja," jawab Dila sambil menampilkan senyum sopannya.

"Kita ambil minum dulu yuk, Dil," bisik Mbak Rahmi pada Dila.

Dila mengangguk kemudian mereka pamit untuk mengambil minuman dan cemilan sembari menunggu acara di mulai.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang