ASMARA-29

13.3K 2K 254
                                    

Daffa melepas sepatunya lalu meletakkannya di rak, setelah itu dia beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, waktu menunjukkan pukul 7 malam dan Daffa baru bisa beristirahat setelah seharian berkutat dengan pekerjaannya.

Daffa mandi dengan singkat, perutnya sudah meronta ingin segera diisi dengan asupan makanan. Daffa membuka aplikasi untuk memesan makanan, sekalian dia juga akan memesankan untuk anggotanya yang piket malam ini.

Sembari menunggu, Daffa menunaikan sholat isya di masjid setelah memberitahukan salah satu anggotanya yang berjaya di depan untuk mengambil makanan pesanannya. Tepat saat Daffa kembali ke rumah dinasnya, ponselnya berdering. Panggilan telepon dari Freya.

Kening Daffa berkerut bingung, tidak biasanya Freya meneleponnya. Medusa itu lebih suka mengirimkannya spam chat atau voice note. Saat Daffa menjawab panggilan itu, isak tangis Freya menyambutnya.

"Ada apa? Kamu kenapa nangis?" tanya Daffa dengan khawatir.

"Abaaang.. Dila kecelakaan pas muncak, sekarang dia di rumah sakit, kondisinya kritis," ucap Freya dengan sesegukan.

Mendengar itu, rasanya jantung Daffa hendak lepas dari tempatnya.

"Inalillahi, dia dirawat di mana sekarang?" tanya Daffa.

"Baru aja tiba di RSPAD, di rujuk dari Majalengka tadi sore."  jawab Freya.

"Yaudah, Abang ke sana sekarang."

Dengan tergesa, Daffa mengambil jaket dan kunci motornya, bahkan dia mengabaikan rasa laparnya. Dalam hatinya, Daffa terus berdoa untuk Dila dan memacu motornya dengan kecepatan penuh menuju Rumah Sakit.

🏵🏵🏵

Suasana ruangan itu terasa mencekam, setidaknya itu yang dirasakan oleh Mukti Abimana, Ayah dari empat orang anak itu hanya bisa menggaruk pelipisnya mendengar omelan sang istri yang tidak berhenti sejak putri semata wayang mereka tiba di Rumah Sakit dua jam yang lalu.

Yang mendapat omelan sejak tadi hanya bisa menghela napas pasrah, tidak berani membuka suara atau omelan wanita paruh baya dihadapannya akan semakin panjang.

"Kamu itu kualat sama Mami, pergi kok gak izin. Udah lulus kamu jadi anak durhaka, simulasi kemarin udah bener," ucap Mami semakin membuat Dila cemberut.

"Udah Mi, yang penting anaknya gak apa-apa," ucap Papi melerai sang istri yang sepertinya akan terus mengomel jika tidak dihentikan.

"Papi, ini anak gadisnya habis jatuh lho, untung gak geger otak, gak amnesia juga, Mami tuh khawatir," ucap Mami yang kini beralih mengomeli Papi.

"Kamu gak Mami izinkan muncak lagi ya, kemarin tifus, sekarang jatuh, besok apa lagi?" Mami rupanya kembali melanjutkan omelannya lalu hening sejenak.

Dila meraih tissu di atas nakas, mulai bosan dengan omelan Mami.

"Mi, Dila tuh bosan makanya mendadak pergi muncak, lagian kemarin kan Mami di luar kota," jawab Dila merasa sang Mami sudah menghentikan omelannya lalu dengan santainya dia membersihkan hidungnya dengan tissu yang tadi dia ambil.

"Kamu ini di kasih tau malah-- Dila! Mami masih ngomong kamu malah ngupil!" Mami melotot marah sedangkan Papi berusaha untuk menahan tawa.

"Hidung Dila gatel, Mi, yaampun lagian Dila dengernya pakai telinga kok bukan pakai hidung," jawab Dila.

"Jorok banget sih kamu, ngupil kok depan orang tua, gak sopan!"

"Dila pakai tissu kok, Mi. Jadi Mami mau debat tentang ngupil yang eww! Atau  masih mau lanjut ngomelin Dila?"

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang