ASMARA-41

10.1K 1.1K 105
                                    

Haiii gengs!! Finally bisa update cerita ini lagi setelah digantung lamaaaa banget~ 😅 so sorry aku kelamaan updatenya.

Baca cerita ini pelan-pelan aja ya, santuy markantuy stay skuy pokoknyaaaa. Biar deg-degannya dan senyum-senyum sendirinya juga bisa dinikmati, soalnya ku yang ngetik aja ga berenti senyuuummmm 😭😭

Okee gausah lama-lama ngebacot, ayo mulai membaca!!! ❤❤ Dan selamat malam minggu :)

🏵🏵🏵

Suara alarm dari ponsel Dila berbunyi dengan nyaring membuat tidurnya yang masih pulas terganggu. Dila membuka matanya yang masih berat lalu mengamati sekelilingnya yang temaram. Kening Dila berkerut bingung saat mendapati dirinya berada di tempat asing, saat Dila menoleh ke samping, pekikannya terdengar panik melihat seorang lelaki yang masih tertidur menghadap ke arahnya.

"MAMIIII!!" Dila berteriak lalu menendang lelaki itu dengan sekuat tenaga. Daffa yang masih tertidur, terusik mendengar teriakan Dila, belum sempat dia mengumpulkan nyawanya, tubuhnya sudah mendarat di lantai dan bunyi gedebuk terdengar diantara bunyi alarm dari ponsel Dila yang tak kunjung berhenti.

"Aduh! Adek ngapain sih?" Daffa beranjak bangun sambil memegang punggungnya, sedangkan Dila menatap Daffa dengan wajah kaget.

"Kakak ngapain?" Dila malah balik bertanya.

"Apanya yang ngapain sih, Dek? Kakak kan tidur! Kenapa sih?" Omel Daffa lalu duduk di tepi tempat tidur.

"Kenapa tidur di sini?" Dila balik mengomel. Kening Daffa berkerut bingung mendengar omelan Dila.

"Ya terus saya tidur di mana? Di luar?" tanya Daffa.

"Hah?" Dila kembali mengamati sekelilingnya dengan wajah bingung, lalu teringat jika semalam adalah malam pertamanya dengan Daffa sebagai sepasang suami istri. Dila menghela napas lalu menatap Daffa yang balik menatap Dila dengan kesal.

"Tau ah, kak," ucap Dila lalu beranjak menuju kamar mandi. Daffa menggaruk pelipisnya, kenapa jadi Dila yang kesal? Padahal jelas-jelas Daffa merasakan Dila menendangnya dengan kuat.

"Adek kenapa? Mimpi buruk?" tanya Daffa bersamaan dengan pintu kamar mandi yang berdebam.

"Gak tahu!" ketus Dila lalu gadis itu duduk di pinggir bathup sambil menepuk jidatnya beberapa kali karena malu. Bisa-bisanya dia lupa telah menjadi istri dan menyangka telah tidur bersama orang asing.

"Kok gue bisa lupa ya? Terus semalam kan gue juga—" Kilasan ucapan Dila yang menggoda Daffa tentang unboxing yang paketnya masih di tahan bea cukai membuat Dila semakin malu. Kenapa pula dia malah menggoda Daffa? Padahal kan Dila juga sangat gugup jika dia benar-benar akan di unboxing hari ini.

Dila berjalan mondar-mandir sambil menggigit ibu jarinya dengan perasaan gugup. Perasaannya tidak tergambarkan lagi bagaimana nanti jika Daffa menagih ucapannya semalam. Dila menghembuskan napasnya, berusaha menenangkan dirinya.

"Enggak Dila, lo harus tenang. Lo pasti bisa hadapi kak Daffa, lagian kan dia suami lo, kalian udah halal kemarin jadi gak apa-apa dong kalau lo di unboxing," ucap Dila bermonolog.

"Tapi tetap aja gue gugup, gue harus ngapain nanti? Kalau kak Daffa intro, gue nanggapinnya gimana coba?" Dila kembali bersuara, batinnya sedang berperang sekarang.

"Adek!"

Panggilan dari Daffa disertai dengan ketukan pintu itu membuat Dila terlonjak kaget.

"Adek gak apa-apa?" tanya Daffa yang khawatir karena tidak terdengar suara apapun dari kamar mandi.

"I-Iya kak, adek gak apa-apa," jawab Dila lalu dia segera mengambil wudhu, sebentar lagi waktu sholat subuh dan ini akan menjadi sholat subuh pertamanya sebagai istri dan Daffa akan mengimaminya.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang