ASMARA-17

14.7K 1.8K 122
                                    

Dila menatap pantulan wajahnya di cermin toilet, dia jadi malu sendiri saat menangis di depan Daffa. Belum lagi setelah merasa tenang tadi Daffa malah mengejeknya.

"Tuh lihat, muka adek jelek banget habis nangis, makanya jangan nangis lagi nanti."

Dila segera mencuci mukanya dan mengeringkannya dengan tissu yang dia bawa, kemudian setelah itu Dila kembali ke kamar Daffa.

"Eh ada Dila, dari tadi datangnya nak?" tanya Ibunya Daffa. Dila tersenyum canggung kemudian mencium punggung tangan Ibu dengan sopan.

"Baru kok Bu," jawab Dila.

"Dila habis nangis tuh Bu," ucap Daffa membuat Dila melotot kesal. Ibu tertawa. Dila jadi semakin malu.

"Ya wajarlah nangis, orang panik juga, iya gak Dil?" ucap Ibu yang berada di pihak Dila. Dila mengangguk.

"Iya Bu, Kak Daffa tuh gak ngerti, Dila diejek terus, dikatain jelek." Dila balas mengadu pada Ibu.

"Orang nangis tuh ya ditenangin Daf, malah diejek," omel Ibu membuat Dila tersenyum puas. Kena kan sekarang kak. Daffa hanya menghela napas, ujungnya malah dia yang kena omel.

"Dila nanti pulangnya bareng Ibu ya? Sekalian mampir ke butiknya Dara buat cari kebaya pertunangannya nanti," ucap Ibu.

"Iya Bu," jawab Dila.

"Nanti temanya mau bagaimana Dek?" tanya Daffa.

"Dila sukanya garden party bang," celetuk Freya membeberkan pesta impian Dila.

"Ini udah masuk musim hujan dek, susah kalau mau garden party," jawab Daffa.

"Yaah kak, kan gak sering banget hujannya," ucap Dila. Pertunangannya ini adalah satu-satunya harapan Dila untuk garden party, karena pernikahannya nanti pasti dilaksanakan di gedung. Akad nikah? Dila ingin di rumah agar suasananya lebih syahdu.

"Turutin aja Daf, taman belakang di rumah Dila juga luas banget kok," ucap Ibu. Sebenarnya pertunangan mereka diadakan di gedung tetapi kemarin Mami dan Ibu berubah pikiran untuk mengadakan di kediaman Dila saja

"Tapi kalau nanti hujan jangan nangis," ucap Daffa. Dila mengangguk yakin. Dia tersenyum lebar pada Daffa membuat Daffa ingin mencubit pipi Dila saat itu juga.

"Yaudah, kita pulang sekarang, nanti malah kesorean," ucap Ibu kemudian mengajak Dila dan Freya.

"Hati-hati Bu," ucap Daffa. Ibu mengangguk kemudian mencium puncak kepala Daffa dengan sayang. Hal itu membuat Freya tertawa, Ibu selalu saja memperlakukan anak-anaknya seperti anak kecil.

"Baik-baik ya, besok pagi Ibu ke sini lagi, ayo Freya gak usah ketawa terus, yuk Dila," ucap Ibu kemudian menggandeng tangan Freya.

Dila melambaikan tangannya pada Daffa.

"Nanti telepon ya kalau udah sampai rumah," ucap Daffa.

"Siap Ndan!" Dila memberi hormat pada Daffa dengan wajah serius. Daffa tertawa kemudian menerima hormat dari Dila.

"Dah kakak!" Dila segera menggandeng tangan Ibu di sisi kanan dan sekali lagi melambaikan tangannya. Daffa hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Ibu nanti kebayanya yang warna biru mint ya?" suara Dila masih terdengar, dia melepas gandengan tangannya kemudian membuka pintu kamar inap Daffa untuk keluar.

"TNI AU dong nak? Warna biru mint."

Dila tergelak bersama Freya.

"Maroon aja biar kayak baretnya Bang Daffa, kan Bu?"

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang