ASMARA-7

16.2K 1.8K 85
                                    

"Eh Daffa, sini masuk," ucap Mami Dila menyambut kedatangan Daffa. Daffa tersenyum kikuk lalu melangkah masuk.

"Dila belum bangun, kamu tunggu Dila saja di belakang, ada Papinya Dila juga sama Panji kebetulan pulang semalam," ucap Mami meringis karena anak gadisnya itu malah memilih tidur lagi selepas subuh padahal pagi ini dia ada janji sama Daffa.

"Iya, Mi. Saya ke belakang dulu kalau begitu," ucap Daffa.

Mami mengangguk lalu segera bergegas menuju kamar putri semata wayangnya di lantai dua.

Saat Mami masuk, hawa dingin AC serta aroma lavender tercium. Lampu tidur juga masih menyala dan gorden kamar Dila masih tertutup rapat padahal sudah menunjukkan pukul 9 pagi.

Mami menghela napas jengah melihat Dila yang masih bergelung di bawah selimut, samar-samar musik klasik dari ponsel Dila terdengar.

"Dilara, bangun udah jam 9," ucap Mami menepuk pipi Dila.

Dila hanya bergumam pelan.

Mami beranjak menyibak gorden hingga sinar matahari langsung menerobos masuk menerpa wajah Dila.

"Mamiii, silau." Dila menutupi wajahnya dengan selimut.

"Daffa ada di bawah! Bangun anak pemalas!" Mami menarik selimut Dila membuat Dila beranjak duduk.

"Emang jam berapa sih, Mi?" tanya Dila dengan mata terpejam.

"Jam 9 lewat," jawab Mami sambil berjongkok merapikan novel Dila yang berserakan di lantai.

"Hah? Mami kok gak banguni dari tadi?" Dengan tergesa Dila menendak selimutnya lalu beranjak ke kamar mandi.

"Handuknya sayang!" seru Mami.

Pintu kamar mandi kembali terbuka, Dila berdecak sebal dan mengambil handuk miliknya. Mami tertawa.

"Santai aja, Daffa masih ngobrol sama Papi mu," ucap Mami.

"Dia daritadi datang, Mi?" tanya Dila dari kamar mandi.

"Baru saja," ucap Mami lalu kemudian terdengar guyuran shower. Mami menggelengkan kepalanya dengan tingkah Dila kemudian merapikan tempat tidur  putrinya yang berantakan.

🏵🏵🏵

Duduk berdua dengan Daffa di ruang baca Perpustakaan Nasional tidak pernah ada dalam pikiran Dila. Hal itu tentu saja membuatnya sedikit gugup.

"Skripsinya tentang apa, Dek?" tanya Daffa setengah berbisik.

"Cinta," jawab Dila juga setengah berbisik. Kedua kening Daffa berkerut bingung.

"Serius?" tanya Daffa memastikan. Dila menganggukkan kepalanya dengan yakin.

"Tringular of love, objeknya Abdi negara, kan sering ditinggal tugas," jelas Dila.

"Nanti di kesatuan saya saja, biar lebih mudah saya bantu," ucap Daffa. Dila menatap Daffa dengan wajah berbinar cerah.

"Beneran kakak mau bantuin?"

Daffa menganggukkan kepalanya, Dila bersorak pelan kemudian mengucapkan terimakasih.

Setelah itu, Dila kembali menatap layar laptopnya yang menampilkan proposalnya yang baru jadi sedikit, lalu pandangan Dila beralih pada tumpukan buku yang dia pinjam.

"Sampai mana skripsinya?" tanya Daffa yang melihat wajah pasrah Dila.

"Baru bab pendahuluan," jawab Dila meringis malu.

Daffa tiba-tiba mengambil alih laptop Dila membuat Dila kebingungan.

"Adek cari saja referensinya, biar saya yang ngetik," ucap Daffa.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang