ASMARA-47

3.6K 466 24
                                    

Dila menundukkan kepalanya di wastafel karena dia merasakan mual yang luar biasa hingga kepalanya ikut terasa pusing. Namun seperti sebelumnya, hanya cairan bening yang keluar dan itu amat menyiksa bagi Dila. Ini kali pertama dia merasakan mual pada tengah malam.

"Adek kenapa? Mual?" tanya Daffa dengan suara serak, dia terbangun karena tidak menemukan Dila di sebelahnya. Mereka sudah kembali ke rumah dinas Daffa beberapa hari ini karena Dila yang tidak tega pada Daffa yang waktunya habis dalam perjalanan pulang-pergi.

"Iya," jawab Dila dengan singkat lalu dia kembali merasakan dorongan seperti ingin muntah. Daffa mendekat untuk memijit tengkuk Dila dengan gerakan pelan.

Dila membasuh wajahnya lalu dia berkumur, perasaannya masih tidak nyaman karena kepalanya yang masih berdenyut nyeri.

"Udah enakan?" tanya Daffa. Dila menggelengkan kepalanya.

"Adek mau air hangat," gumam Dila. Daffa segera menuntun Dila untuk duduk di kursi.

"Tunggu ya, kakak ambilkan," ucap Daffa lalu dengan gesit mengambil gelas dan mengisinya dengan air hangat.

"Apa yang dirasain?" tanya Daffa setelah membantu memegangi gelas untuk Dila minum.

"Kepala adek pusing," jawab Dila.

"Kalau gitu balik ke kamar lagi ya, biar nanti dipijitin kepalanya," ucap Daffa. Dila hanya mengangguk sebagai jawaban kemudian mereka kembali ke kamar.

Dila mencari posisi yang nyaman untuk berbaring, setelah mendapat posisi yang sedikit nyaman, Daffa menepati janjinya untuk memijit kepala Dila. Dila mulai memejamkan matanya.

"Maaf ya merepotkan kakak," ucap Dila.

"Sama sekali gak merepotkan," jawab Daffa.

"Tapi adek banyak sakitnya, mual terus setiap hari. Jompo banget kan?" Dila membuka matanya lalu menatap Daffa tepat di manik mata suaminya. Daffa mengusap lembut pipi Dila sekilas dan menggelengkan kepalanya.

"Gak jompo, adek kan lagi hamil jadi wajar," jawab Daffa.

Dila benar-benar merasa tidak enak hati karena suaminya itu baru saja pulang pukul sebelas tadi, dan baru tidur satu jam Daffa sudah terjaga karena kondisi Dila yang tiba-tiba lemas.

"Adek gak ngidam lagi?" tanya Daffa. Dila tampak berpikir sejenak lalu menggelengkan kepalanya, sepertinya calon anak mereka sangat mengerti situasi Ibunya yang tidak bisa selalu ditemani Papanya setiap saat.

"Anaknya ngerti kayaknya kalau Ibunya ini banyak sendirinya," jawab Dila. Daffa mengusap puncak kepala Dila dengan sayang.

"Yaudah sekarang adek tidur lagi," ujar Daffa. Dila meraih tangan Daffa lalu menggenggamnya.

"Kakak juga tidur, adek lagi mau dipeluk. Kangen banget," ucap Dila. Daffa menurut, dia berbaring di sebelah Dila lalu detik berikutnya Dila sudah memeluk Daffa dengan kepalanya di dada bidang Daffa yang hanya terbalut kaos putih.

"Wangi."

Daffa menepuk-nepuk punggung Dila sambil sesekali mengecup puncak kepala istrinya. Daffa juga sangat merindukan Dila.

🏵🏵🏵

Pagi ini Dila harus mengikuti giat di kesatuan. Rasanya Dila ingin absen karena kondisinya yang selalu lemas di pagi hari namun dia tidak enak karena sudah beberapa kali melewatkan giat.

"Yakin adek mau ikut giat?" Tanya Daffa entah sudah berapa kali. Dila yang sedang memakai skincare sebelum make up berdecak kesal.

"Yakiiin," jawab Dila dengan ngegas. Sejak hamil ini, Daffa seketika berubah menjadi sosok yang protektif parah dan banyak paranoidnya.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang