ASMARA-2

20.7K 1.9K 59
                                    

Berprofesi sebagai Abdi Negara, apalagi termasuk di dalam grup 3 Kopassus membuat Daffa jarang berada di rumah. Saat masih berhubungan dengan Sea pun, seringkali Daffa membuat gadis itu kecewa karena kencan mereka banyak yang batal, tetapi menemukan orang sesabar Sea yang juga dekat dengan keluarga sangat jarang.

“Daf, lo dipanggil komandan ke ruangannya,” ucap Alif saat Daffa sedang berkutat menyelesaikan laporannya.

“Komandan?”

“Eagle Eyes,” ucap Alif datar. Eagle Eyes adalah sebutan untuk Danjen Kopassus.

“Beneran gue, Lif?” tanya Daffa memastikan. Alif menganggukkan kepalanya.

“Iya, Lettu Inf. Daffa Zachery Wiraatmaja,” jawab Alif, kesal. Daffa menghela napas lalu dia segera bergegas menuju ruangan Danjen yang sebulan sekali mengadakan kunjungan di markas mereka.

Daffa mengetuk pintu, setelah mendegar kata masuk, Daffa mendorong pintu yang terbuat dari kayu pilihan itu kemudian dia memberi hormat pada Mayjen Inf. Mukti Abimana.

“Silakan duduk Daffa, Saya ingin berbicara sebagai adik asuh Ayahmu, bukan sebagai komandanmu.”

“Siap, Ndan!” ucap Daffa tegas lalu dia duduk dihadapan pria paruh baya itu.

“Kamu dekat dengan siapa sekarang?” tanya Mayjen Mukti

“Siap, tidak ada, Ndan,” jawab Daffa. Mayjen Mukti tersenyum lebar walaupun wajahnya malah terlihat semakin menyeramkan dengan kumis tebalnya seperti Pak Raden.

“Kemarin Ayah dan Ibumu tiba-tiba datang ke kediaman keluarga saya, tentu saja itu sebuah kehormatan, dikunjungi oleh mantan panglima TNI.”

Daffa hanya diam mendengar intro Mayjen Mukti, entah apa yang dilakukan orangtuanya, mungkin ini tentang karier militer Daffa, memastikan Daffa agar tidak membuat masalah.

“Beliau dengan tulus meminta putri bungsu saya untuk dipinang dengan kamu. Makanya saya hanya memastikan jika kamu memang tidak dekat dengan siapapun saat ini,” ucap Mayjen Mukti membuat tubuh Daffa mendadak kaku.

...meminta putri bungsu saya untuk dipinang dengan kamu? Rasanya separuh nyawa Daffa tercabut. Astaga, bahkan orangtuanya sama sekali tidak membahas perihal perjodohan dengannya.

“Saya sudah memberitahu putri saya, Dilara, dan dia juga setuju. Jadi kapan kamu ke rumah?”

“Siap, secepatnya Ndan,” jawab Daffa ditengah keterkejutannya. Tidak mungkin juga dia menolak permintaan komandannya, walaupun baginya berat.

“Bagus, saya tunggu kedatanganmu,” ucap Mayjen Mukti.

“Siap, Ndan. Jika tidak ada lagi yang dibicarakan, saya mohon izin mendahului,” ucap Daffa. Mayjen Mukti mengangguk. Daffa memberi hormat lalu ia berbalik keluar.

🏵🏵🏵

Alif tak henti-hentinya menertawakan Daffa yang terlihat uring-uringan belakangan ini, bahkan dia mengabaikan pesan orangtuanya. Bukannya ingin durhaka, hanya saja Daffa mencoba menguatkan hatinya untuk kembali menjalin hubungan. Setelah kemarin berurusan dengan putri semata wayang KASAL yang untuk mengakhiri hubungannya dengan Sea saja harus menghadapi pergolakan batin walaupun Sea mendukungnya.

“Biar orangtua aku jadi urusan Aku, mas. Yang penting kamu juga harus ngomong langsung sama orangtua ku nanti, mas.”

“Ce, semudah itu kamu mendukungku? Bukan kah banyak wanita akan menolak jika hubungan mereka berakhir?”

Saat itu Sea tertawa.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang