ASMARA-11

15.2K 1.8K 118
                                    

Selain gerobak sayur, toilet juga menjadi tempat yang tepat untuk bertukar gosip. Dan di tempat lucknut itulah Dila terjebak.

Di sebuah ruangan sempit berukuran satu meter ditemani dengan celetukan beberapa orang gadis asing.

"Gila ya, ternyata Dewi Moeis punya sepupu cantik juga selain Kaleefa."

"Keluarga Moeis memang bibit unggul sih, gue aja terkesima banget sama cewek itu."

"Namanya tadi siapa?"

"Dilara. Coba deh lo search, Dilara Moeis, ada gak?"

Dila menahan tawa. Jelas tidak terdeteksi oleh mesin pencarian sejuta umat itu. Tidak ada yang tahu dia seorang 'Moeis' karena Dila tidak pernah memakai nama belakang Ibunya itu.

"Kok gak ada ya?"

"Tunggu aja, bentar lagi artikelnya pasti rilis kok."

Lalu suara derap langkah terdengar dan suasana berubah hening. Sepertinya gerombolan itu sudah pergi.

Dila segera keluar dari ruangan sempit itu. Dia berdiri di depan cermin dan memperbaiki jilbabnya.

Pintu di belakangnya terbuka.

"Well, lo masih punya keberanian juga ya?"

Dila tersenyum tenang, melirik Dewi yang sedang mencuci tangan.

"Ya.. Apa yang harus gue takutkan?"

Dewi beringsut mundur saat Dila mendekat, nyatanya gadis antara tomboy dan girly itu hanya mengambil tissu di samping Dewi.

"Kapan sih lo gak usik kehidupan gue?"

Sepertinya kesabaran Dewi habis tak bersisa. Dila menatap Dewi dengan wajah bingung.

"Siapa yang usik siapa sih, Wi? Kalau lo merasa terusik, artinya karma sedang berjalan sekarang. Semesta berada di pihak gue," jawab Dila lalu dengan anggun dia membuang bekas tissu nya di tempat sampah.

"Beraninya lo--"

Dila menahan jemari Dewi yang hendak menunjuknya. Dengan lembut, Dila menyingkirkan tangan Dewi.

"Gak usah mempermalukan diri di acara sendiri. Lo sedang jadi sorotan sekarang, jadi ciptakan citra yang baik di depan media," ucap Dila lalu dia melangkah keluar dari toilet dengan perasaan puas.

🏵🏵🏵

Dila tidak habis pikir, selalu saja kencannya dengan Daffa ditemani dengan hal-hal abnormal. Menghabiskan hari di Perpustakaan Nasional, menikmati sore dengan kerak telor di dekat Monas, dan sekarang duduk berdua di tenda penjual sate kambing bersama asap yang mengepul dan aroma khas daging tercium pekat.

"Kakak beneran gak mau makan?" tanya Dila berusaha meyakinkan Daffa. Tadi memang Dila tidak makan banyak. Lagipula siapa yang napsu makan jika dikelilingi siluman?

Daffa menjawab dengan gelengan kepala, dia tidak terlalu suka dengan sate.

"Besok adek sibuk?" tanya Daffa. Dila menggeleng kemudian dia mengangguk.

"Eh.. Sibuk gak ya?" Dila tampak berpikir, wajahnya kelihatan serius lalu dia menoleh pada Daffa dengan mata menyipit penuh selidik.

"Kakak mau ajak kencan ya?" Dila mengerling jenaka membuat wajahnya terlihat menggemaskan.

"Iya," jawab Daffa tanpa beban.

"Oke." Dila mengangguk setuju.

"Oke apa?"

"Besok kita kencan."

Daffa menganggukkan kepalanya. Dila kemudian mengeluarkan ponselnya dan menulis sesuatu di sana.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang