ASMARA-34

13.5K 1.9K 229
                                    

Daffa langsung bergegas turun di depan sebuah rumah dengan interior yang mewah. Anggota yang dikirim komandannya belum juga tiba dan Daffa tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Daffa tentu saja langsung memanjat pagar dengan lihai bersama Panji.

Begitu mereka melompat masuk, beberapa pria berseragam serba hitam menghalangi langkah mereka. Daffa menghela napas.

"Selamat sore," sapa Daffa sambil tersenyum ramah. Panji yang sudah memasang kuda-kuda melirik Daffa dengan tatapan bingung.

"Kita akan bernegosiasi dulu dengan mereka," bisik Daffa pada Panji sambil menepuk pelan pundak calon kakak iparnya itu.

"Mau apa lo ke sini?" tanya seorang pria lalu mengeluarkan pistolnya. Daffa dan Panji tentu saja langsung mengangkat kedua tangannya.

"Saya datang ke sini untuk menjemput pacar saya, Pak. Mukanya gak usah tegang dong," ucap Daffa.

"Lo nantangin kita?"

"Gak usah adu otot, Pak. Saya baru saja habis kena tembak, biarkan kami berdua masuk tanpa keributan ya pak?" bujuk Daffa.

"Mereka mana mau, Bang," bisik Panji pada Daffa.

"Lagian kok Bang Yudhis lama amat sampe nya? Mereka gak nyasar kan?" tanya Daffa pada Panji. Sepertinya dia tidak akan sanggup jika melawan 10 orang dihadapannya ini.

"Tadi udah gue share lokasinya, Bang," jawab Panji. Keduanya malah sibuk saling berbisik membuat gerombolan pria yang menghadang langkah mereka terlihat kesal.

"Habisi saja mereka!"

"Tunggu dulu Pak!!" Panji dan Daffa berseru bersamaan. Keduanya saling bertatapan.

"Lo di sebelah kanan dan gue yang di sebelah kiri," ucap Daffa. Panji melihat ke arah kanan, ada 8 orang sedangkan di sebelah kiri hanya ada 2 orang.

"Bang, lo masih ngelawak disaat begini?" sinis Panji. Daffa berdehem.

"Oke, kalau gitu--"

Suara sirene dan helikopter terdengar membuat Daffa menghela napas lega. Panji dan Daffa saling bertatapan kemudian mereka mulai menyerang para lelaki berpakaian serba hitam itu. Tentu saja keduanya sudah terlatih.

Daffa membanting salah satu pria lalu menduduki punggungnya dan memiting tangannya ke belakang. Saat salah satu akan menendangnya, Daffa menahan kakinya membuat pria itu tersungkur.

Daffa beranjak berdiri kemudian dia segera menghindar saat dari arah belakang seseorang akan memukulnya dengan balok kayu. Pendengaran Daffa memang sangat peka. Daffa segera berbalik lalu melayangkan pukulannya, tiba-tiba saja satu orang lainnya memukul bahu Daffa.

"Aduh sialan!" Daffa meringis, bisa dipastikan jahitannya kembali terbuka.

Suara tembakan terdengar, pasukan yang dikirim komandannya akhirnya tiba.

"Lo lama banget udah kayak udang aja," omel Daffa pada Alif. Pria berpakaian serba hitam itu sudah menjadi urusan pasukan komandannya.

"Ya elo gak sabaran," balas Alif.

Ketiga pria itu segera menerobos masuk ke dalam rumah, dan betapa terkejutnya Daffa mendapati Adel yang berdiri di dekat anak tangga. Wajahnya terlihat tenang bahkan dia tersenyum pada Daffa.

"Kamu ke sini mau ketemu aku?" tanya Adel. Daffa mendengus.

"Minggir!"

Daffa mendorong pundak Adel lalu dia berlari menaiki anak tangga menuju lantai dua. Daffa semakin mempercepat langkahnya saat mendengar pekikan tak jauh dari tempatnya.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang