Part 20

291 16 0
                                    

🍁 Kebenaran

"Keluar kalian, dari rumahku!" usirku, meski aku mulai ketakutan.

"Kami akan keluar, setelah kami mendapatkan uang. Jadi segera bayar hutang Ibu kamu itu!" perintah salah satu dari mereka.

Keempat orang berbadan besar itu mulai membanting barang-barang yang ada di warung, lalu ada salah satu dari mereka berlari ke dalam rumah.

Aku berlari mengejar orang yang memasuki rumah, terlihat dia sudah membanting beberapa barang.

Saat orang itu ingin mengambil bingkai di atas meja, dengan cepat aku menghalangi dan mengambil duluan. Karena dalam bingkai itu ada foto Arsen.

Aku menyembunyikan foto Arsen dalam dekapanku, sekuat yang ku bisa melindungi bingkai itu.

Aku mulai menangis, ketika orang itu ingin merampas dan menghancurkan foto Arsen dari dekapanku.

"Lepas! Lepaskan tanganmu dariku," teriakku marah.

"Ah, kamu mulai melawan, ya. Ini buat pembangkang sepertimu," ancam orang itu, dan berniat memukul. Tangan besarnya sudah dia angkat bersiap memukulku.

Aku benar-benar takut, lalu dengan cepat menyembunyikan wajahku dengan posisi menunduk.

Sudah beberapa menit tangan besar itu, tidak sampai menyakitiku dan aku merasa aneh. Kenapa orang itu, tidak jadi memukulku.

Hingga aku mendengar suara yang mulai cukup kukenal, suara milik Narendra.

Dengan cepat, aku mendongakkan kepala, melihat Narendra yang sedang mengancam preman tadi. Bahkan dia, sudah memukuli orang yang berniat menukulku tadi.

"Sedang apa kalian di tempatku, keluarlah. Sebelum aku menghajarmu, dan teman-temanmu itu!" kata Narendra dengan nada dingin, sembari memiting tangan orang yang berniat memukulku tadi.

"Kamu siapa, berani ikut campur masalah kami," jawab pria itu dengan sok jagoannya. Padahal dia sudah dalam posisi sulit masih berlagak mengancam.

"Kamu tidak perlu tahu siapa aku, jika kalian berani datang dan membuat onar di tempatku. Maka aku tidak segan-segan, untuk hancurkan kalian tanpa sisa. Apa kamu mengerti!" tegas Narendra, dengan nada mengancam.

"Surya!" teriak Narendra memanggil orang kepercayaannya.

"Iya, Pak."

"Urus mereka, jangan sampai mereka kembali. Jika mereka tidak mau menurut, bawa mereka ke kantor polisi saja," titah Narendra tanpa bisa di bantah.

"Baik," jawab Surya patuh, lalu aku melihat Surya menyeret salah satu preman tadi.

Aku masih terdiam, tiba-tiba pandangan kami bertemu.

Karena merasa aneh kenapa Narendra bisa tahu tempat tinggalku, dan kata-katanya tadi juga membuatku penasaran. Akhirnya bibir ini, menanyakan rasa penasaran yang tidak bisa kutahan lagi.

"Siapa kamu?"

"Kenapa kamu ada di sini, dan tadi kenapa mengatakan kalau ini adalah tempat kamu?" tanyaku penasaran yang tidak bisa kutahan.

"Kamu tidak perlu tahu, tapi yang jelas aku 'lah pemilik asli tempat ini. Menyenangkan bukan, dan kamu pasti tidak akan mempercayainya," jawab Narendra, sembari menatap mataku.

"Aku tidak pernah menjual tempat ini, jadi keluar dari rumahku," aku mulai kehabisan kesabaran, malah terlihat Narendra tengah tersenyum.

"Aku juga tidak ingin berada di tempat ini."

"Aku akan memberikanmu waktu dalam satu minggu ini, setelah itu keluar dari rumah ini.

"Jika tidak, aku akan memaksamu keluar dengan kasar," desis Narendra dengan nada ancaman.

Rahasia Cinta sena AnjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang