Part 23

302 14 0
                                    

🍁 Pesta

Biasanya orang akan paling malas bila di suruh lembur bekerja, tapi bagiku itu hal yang paling menyenangkan. Setidaknya dengan adanya lembur kerja, aku akan mendapatkan uang tambahan dalam gajiku nanti.

Setelah selesai mencuci gelas yang di pakai minum para karyawan kantor, kini aku tengah bersiap untuk pulang. Sebagian teman sudah banyak yang pulang, kini hanya tinggal beberapa orang saja, dan salah satunya aku.

Aku mulai melangkah menuju motorku yang berada di parkiran kantor, sesaat aku melihat jam di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

Sudah malam aku harus cepat pulang. Di tengah perjalanan kurasakan perutku yang mulai terasa keroncongan, ternyata baru ingat kalau sedari siang aku melewatkan makan siang dan malamku.

Ingin rasanya membelokkan motor ini, menuju warung nasi goreng langgananku. Namun, kuurungkan karena aku harus berhemat.

Mengingat hutangku pada Narendra belum kubayar, meskipun tadi pagi Mas Haris memberikan uang padaku. Tapi, aku tidak ingin gegabah untuk mengunakan atau memberikan langsung uang itu pada Narendra.

Tidak sampai tiga puluh menit, motor yang kukendarai sampai di depan pagar rumah.

Saat aku turun dari motor dan berniat membuka pintu pagar, tiba-tiba ada sorot lampu yang mengarah ke arah tubuhku.

Tidak lama terdengar suara yang tidak asing, mulai menyapaku.

"Gadis ceroboh, dari mana saja kamu? Sudah larut malam begini, baru pulang?" tanya Narendra dengan rasa ingin tahunya, sembari menghampiriku.

"Memang benar saya mempunyai hutang. Tapi tidak seharusnya, Anda tahu kemana dan dari mana saya pergi. Karena itu bukan urusan, Anda!" jawabku jutek, tanpa menghiraukan kehadiran pria dingin itu.

"Ada apa denganmu, kenapa jutek sekali padaku? Bahkan telepon dan pesanku kamu abaikan, kenapa?" tanya Narendra, dan menuntut untuk kujawab.

Namun, apa dia tidak melihat, kalau saat ini aku sudah lelah bahkan sangat lapar.

"Itu karena saya lagi kerja, Tuan. Makanya saya tidak punya waktu untuk mengurusi hal yang tidak penting bagi saya, sebab pekerjaan yang saat ini saya pentingkan. Agar bisa cepat melunasi semua hutang saya pada, Anda," jawabku datar, sembari membuka pagar lalu memasukkan motorku.

Setelah motor kumasukkan, kututup kembali pagar. Agar Narendra tidak ikut masuk. Biarkan saja dia bilang kalau aku sombong, karena aku tidak mau mendengar ocehannya lagi.

Saat ini, yang kubutuhkan hanya ingin makan lalu istirahat.

"Kenapa, dengannya?" gumam Narendra binggung dengan sikapku, yang masih bisa kudengar.

Namun, aku tidak ingin berbalik melihatnya. Aku hanya fokus memasukkan motorku ke dalam rumah, setelah pintu kubuka dengan kunci cadangan.

Kututup kembali pintu utama, sebelum masuk ke kamar. Kusempatkan melihat Narendra, apakah sudah pulang atau belum. Kulihat mobil SVU warna putih itu baru melaju, tandanya dia sudah pergi.

Saat aku menuju kamar, kulirik kamar Ibu yang sudah tertutup. Menandakan kalau beliau sudah tertidur, mungkin Ibu sangat lelah jadi beliau tidur lebih awal.

Setelah berganti pakaian, tanpa makan dahulu aku pun mulai merebahkan badanku untuk tidur. Entah mengapa, setelah bertemu dengan Narendra rasa laparku tiba-tiba hilang.

Sebelum tidur aku berharap besok tidak bertemu dengan Narendra lagi, meskipun aku punya hutang padanya. Aku tidak ingin selalu berhadapan dengan pria galak sepertinya.

Rahasia Cinta sena AnjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang