🍁 Ancaman"Selamat pagi, Bu," ujarku, sembari menghampiri Ibu.
"Pagi juga, Sayang. Tumben bangunnya terlambat, semalam pulang jam berapa, Nak?" tanya Ibu, lalu menghadapku.
"Lho, Nak. Kenapa mata kamu bengkak, apa kamu mengingat Arsen lagi," tutur Ibu lembut, sembari menangkap wajahku.
Aku tidak mungkin memberitahu Ibu, kalau Mas Haris dan kedua orang tuanya 'lah yang membuat Arsen tiada dan itu membuatku menangis semalaman.
"Iya, Bu. Entah mengapa setiap mengingat Arsen, Sena selalu menangis," aduku sedih.
''Ikhlaskan dia, Nak. Biarkan Arsen tenang, kamu tidak boleh menangisinya terus. Kasihan dia, Nak. Dia pasti sedih, melihat Bundanya terus menangis."
"Lanjutkan hidupmu, Nak. Carilah kebahagiaanmu, serta pendamping yang bisa melindungi dan mencintaimu dengan tulus."
"Jangan terus terpaku dengan masa lalu kamu, biarlah masa lalu itu menjadi pembelajaran agar kamu menjadi wanita yang lebih kuat dan tidak jatuh hati pada pria yang tidak tulus padamu seperti Haris itu," tutur Ibu menasehatiku.
Benar yang di katakan Ibu, aku tidak boleh terus terpaku pada masa lalu. Aku harus membuka hatiku, untuk pria lain dan memulai kehidupan baru tentu juga dengan cinta yang baru.
Misalnya dengan Narendra? Tidak-tidak, kenapa aku mengingat dia untuk menjadi pendampingku? Khayalanku terlalu tinggi, aku tidak akan pantas bersanding dengan pria kaya raya itu?
"Iya, benar apa yang Ibu katakan. Sena akan belajar membuka hati, dan memulai hidup yang baru dan mencari cinta yang baru," jawabku dengan senyuman simpul, lalu memeluk Ibu.
"Bagus itu, Sayang. Kamu ini cantik, baik lagi. Ibu yakin pasti akan ada pria yang mencintaimu dengan tulus dan menerima segala kekuranganmu. Sekarang ayo kita sarapan, biar nanti tidak lapar di tempat kerja," ajak Ibu, sembari melepas pelukanku.
"Sena minum teh saja, Bu. Soalnya sudah terlambat," jawabku cepat, setelah itu aku minum teh yang di buatkan Ibu.
"Sena, berangkat dulu. Assalamu'alaikum," pamitku, sembari mencium punggung tangan beliau.
"Wa'alaikumussalam ... hati-hati di jalan, Nak. Jangan ngebut, kalau bawa motornya," pesan Ibu, yang tidak pernah beliau lupa ketika aku akan bepergian.
Aku hanya mengganggukkan kepala, dan mulai mengendarai motorku menuju tempat kerja. Menembus padatnya kendaraan di pagi hari, dua puluh menit kemudian aku pun sampai di tempat kerja.
Setelah memarkirkan motorku, aku mulai melangkah masuk ke dalam kantor dan menuju tempat karyawan office girl untuk berganti pakaian kerja. Setelah itu, aku pun mulai melakukan pekerjaanku.
Saat aku tengah, menyapu lantai. Terdengar suara orang memanggilku, orang itu tidak lain adalah manager kantor di sini.
"Sena! Apa kamu baru datang?" tanya manager.
"Iya, Pak. Ada apa, ya?"
"Waktu kemarin saat pekerjaan masih banyak, tapi kamu sudah membuat keributan dan tidak melanjutkan pekerjaanmu itu."
"Kamu malah pulang tanpa izin dariku, dan atasan marah karena ulahmu itu. Beliau tidak mentorelir kesalahan karyawannya, jadi tadi beliau menyuruhku, untuk memberitahu kamu. Kalau mulai hari ini, kamu tidak di perbolehkan untuk bekerja di sini lagi dan ini gaji kamu bulan ini," jelas manager menjelaskan.
"Jadi ... saya di pecat, ya, Pak?" tanyaku binggung, sembari melihat amplop cokelat yang kini berada di tanganku.
"Iya, maafkan Bapak, ya, Sena. Ini bukan kemauan Bapak," jawab mananger dengan raut wajah bersalah.
![](https://img.wattpad.com/cover/235291126-288-k684901.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta sena Anjani
Narrativa generaleSebuah insiden kecelakaan, membawa kehidupan Sena Anjani ke dalam titik terendah. Kehilangan putranya yang baru beberapa tahun ia lahirkan, membuat ia hampir gila. Kesedihan Sena, bertambah ketika tunangannya yanh ia lindungi tega mengkhianati cinta...