Part 22

266 14 0
                                    

🍁 Menghindar

Sudah satu minggu, aku bekerja di salah satu kantor pemasaran sebagai office girl. Meskipun gaji yang nanti kudapatkan tidak banyak, tapi aku bersyukur setidaknya aku sudah bekerja sekarang.

Saat pulang bekerja, kusempatkan untuk membeli beberapa bahan membuat kue di supermarket. Ketika aku akan masuk ke dalam supermarket, terlihat gadis yang tidak asing bagiku. Gadis itu adalah Mila.

Kuurungkan niatku untuk masuk ke dalam supermarket, yang ada aku malah mulai mengikuti Mila dan melangkah menuju parkiran motor. Terlihat Mila sedang menuju motornya, dengan langkah cepat kuhampiri dia.

"Tunggu! Mau ke mana kamu, gadis pembunuh?!" ucapku langsung menarik rambut Mila.

Bersyukur parkiran di supermarket, terlihat sepi. Hanya ada satu, dua orang yang lewat. Namun, mereka tidak mau mendekat untuk merelai ulahku, orang itu hanya sekadar lewat saja.

"Aww ... sakit, Kak Sena," rintih Mila, tapi kutulikan telingaku.

"Meskipun sudah dua tahun, tapi aku tidak akan pernah lupa, perbuatanmu pada putraku Arsen. Kenapa kamu melukai anak sekecil itu? Kenapa kamu tega melukainya?!"

"Apa salahnya padamu, dia masih sangat kecil? Namun, kamu tidak punya hati hingga tega membuat Arsen terluka dan kesakitan seperti itu? Kenapa?!" teriakku bertubi, sembari menampar wajah Mila berulang kali.

Sungguh aku masih sangat terluka, ketika mengingat wajah Arsen yang kesakitan. Saat melihat wajah Mila, seketika membuatku marah.

"Maaf ... maafkan Mila, Kak. Sebenarnya aku tidak ada niatan untuk melukai Arsen," mohon Mila,

"Tapi saat itu, ada seseorang datang menemuiku, dan mengatakan kalau aku ingin cepat bebas. Maka aku harus melakukan perintahnya, jika aku bisa menggagalkan remisi yang akan Kakak dapatkan."

"Maka aku akan dapat imbalan akan cepat bebas, dari dalam penjara," jawab Mila, sembari menangis.

Dia bilang seseorang yang menyuruhnya, lalu siapa orang itu? Yang tega melukai anak sekecil Arsen, tanpa punya perasaan.

"Si--siapa seseorang yang kamu maksud tadi?" tanyaku tidak sabaran, sembari menarik kerah kemeja yang di pakai Mila.

"Aku tidak tahu namanya siapa, Kak. Seseorang yang menyuruhku, adalah seorang pria tampan dan memakai jas,'' jawab Mila, dengan ada cepat.

Sesaat aku teringat pria tampan itu adalah Narendra, apakah pria tampan itu yang menyuruh Mila untuk melukai putraku. Ya, mungkin saja itu memang dia.

Apalagi selama ini dia membenciku, karena aku 'lah penyebab wanitanya tiada. Narendra mungkin ingin balas dendam padaku, tapi kenapa harus Arsen yang menjadi korban atas kesalahan yang tidak dia perbuat?

Kenapa bukan pada diriku saja, dia membalas semua rasa sakit hatinya? Aku terus menangis sembari memukul dadaku yang mulai terasa sesak, ketika mengingat malaikat kecilku.

"Maafkan semua kesalahanku, Kak. Aku juga merasa kehilangan Arsen, karena bagaimana pun aku juga sangat menyayanginya," mohon Mila tanpa kujawab, karena aku masih belum bisa melupakan kesalahannya.

Bagaimana pun Mila juga tetap ikut andil dalam mencelakai putraku, dan aku belum bisa memaafkannya. Kini aku tahu siapa yang membuat putraku tiada, dan itu adalah Narendra.

***

Sudah hampir tiga minggu ini aku menghindari Narendra, kalau dia datang ke rumah. Aku sengaja bersembunyi di kamar, soal hutang sengaja aku datang ke kantornya pagi-pagi dan menitipkan ke bagian resepsionis atu lewat akun Bank.

Rahasia Cinta sena AnjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang