Part 14

219 10 0
                                    

🍁 Pilihan Yang Sulit

Setelah terbangun dari mimpi buruk tadi, aku masih kepikiran jika mimpi itu benar-benar menjadi nyata. Dalam doa semoga saja tidak terjadi dan kuanggap itu sebagai bunga tidur.

Kulihat jam menunjukkan pukul tiga dini hari, ini masih terlalu amat pagi.
Aku kembali berbaring berharap bisa tertidur. Namun, hampir lima belas menit tetap tidak kurasakan kantuk sedikit pun.

Bayangan Mas Haris memakai pakaian tahanan, tiba-tiba terlintas jelas dalam benakku.

Apa yang harus kulakukan, Mas? Sungguh aku tidak mau, jika kamu berada dalam situasi sulit seperti dalam mimpiku tadi.

Aku terus melamun, hingga tanpa sadar aku mendengar suara adzan subuh telah berkumandang.

Saat aku berniat ingin mengambil wudu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu cukup nyaring.

Tok, tok.

"Iya, tunggu sebentar," teriakku sembari berjalan ke arah pintu utama.

Siapa, sih, yang bertamu di pagi buta seperti ini. Aku bergumam sambil berjalan menuju pintu, pintu pun kubuka dan terlihat Papa dan Mama Mas Haris berdiri tepat di depan pintu. Dengan menggunakan pakaian khas baju tidur.

"Om, Tante! Ada apa, ya? Kok pagi-pagi sekali sudah datang kemari?" tanyaku dengan ekspresi penasaran.

"Sena! Tolong Tante, Sena," ucap Mama Mas Haris, sembari menggenggam kedua tanganku.

"Tunggu! Kita bicara di dalam saja Tante, Om," jawabku langsung merangkul Mama Mas Haris masuk ke dalam rumah.

Mata ini mengisyaratkan Papa Mas Haris agar mau mengikuti masuk ke dalam, beliau pun mengerti mulai melangkah mengikuti kami.

Setelah duduk Papa dan Mama Mas Haris, mulai menceritakan kedatangannya.

"Maaf, Nak Sena. Kami datang di saat masih terlalu pagi, tapi kami tidak bisa menunggu lagi. Karena ini menyangkut nama dan masa depan Haris anak kami," ucap papa Mas Haris dengan ekspresi sedihnya.

"Memangnya kenapa dengan, Mas Haris, Om?" tanyaku mulai khawatir jika menyangkut tunanganku.

"Setelah Haris pulang, dari pertemuan denganmu. Dia menceritakan semua kejadian yang kalian alami, saat dalam perjalanan pulang."

"Haris juga sudah bercerita kalau dia telah menabrak seorang wanita, hingga wanita itu tiada. Kami merasa takut kalau anak kami satu-satunya masuk ke dalam penjara, jadi kami datang kemari meminta bantuan kamu, Nak," sanggah mama Mas Haris, sembari meraih kedua tanganku.

Aku masih mencerna, apa arti dari perkataan Mama dan Papa Mas Haris.Dalam waktu sesaat, aku bisa menyimpulkan semua itu kalau mereka menginginkanku untuk menggantikan Mas Haris.

"Om sama Tante, meminta bantuan apa sama saya. Karena saya tidak mengerti apa pun, Tante," jawabku tenang, pura-pura tidak tahu.

"Bisakah kamu berkorban untuk Haris, Nak. Bukannya kamu sangat mencintainya, kamu tidak mau 'kan jika orang yang kamu cintai masuk ke dalam penjara. Apalagi dengan gelar kekasihku sebagai seorang pengacara dan dia juga baru meniti kariernya."

"Tante tidak mau, jika putra Tante dan Om masuk penjara, Nak. Kariernya Haris bisa hancur dalam sekejap mata."

"Jadi tolonglah kami, Nak Sena. Karena kamulah harapan kami satu-satunya yang bisa menyelamatkan reputasi Haris, Nak," mohon Mama dan Papa Mas Haris secara bersamaan.

Mereka pun berlutut di depanku, sembari melipat kedua tangan mereka. Hati ini pun tersentuh, atas pengorbanan mereka dengan merendahkan harga diri mereka di depanku.

Rahasia Cinta sena AnjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang