Bab 10 🍁 Berbohong
"Aku, ti--tidak ada hubungan apa-apa sama Mas Haris, Na. Hanya teman, iya, hanya teman. Kebetulan semalam kami bertemu, lalu saling menyapa, hanya seperti itu tidak ada yang lain," gugup Putri, dia merasa tertekan dengan apa yang kutanyakan padanya.
Aku mencari kejujuran di matanya. Namun, aku merasa tidak menemukan kejujuran di sana. Saat dia berbicara pun, hati ini masih ragu yakin kalau dia berbohong. Ada yang dia sembunyikan, dan itu membuatku penasaran.
"Lalu kenapa kamu bisa di antar pakai motornya Mas Haris, kenapa bukan pacar kamu yang mengantarmu pulang? Jelaskan Putri, kenapa?" tanyaku lagi dengan rasa ingin tahu yang begitu besar.
"Hmm, kalau it--" ucapan Putri terpotong, ketika kami mendengar suara manager memanggil kami.
Aku menunggu jawaban Putri, dengan perasaan takut jika apa yang ada dalam pikiranku menjadi nyata. Namun, halangan untuk mengetahui kebenaran itu terhalang ketika manager menyuruhku dan dia untuk bekerja.
"Apa yang kalian lakukan di situ, cepat kerja! Ini sudah waktunya jam kerja, ngobrol saja," tegur manager dengan nada tegas.
"Maaf, Pak. Baik kami akan bekerja," jawabku bersamaan dengan Putri, setelah itu kami pun mulai bekerja.
Seperti biasa sebelum Kafe di buka, kami bersih-bersih terlebih dahulu. Aku mulai menyapu, sambil menurunkan kursi yang sebelumnya ada di atas meja.
Kuedarkan mata ini, mencari di mana keberada Putri berada. Namun, aku tidak menemukan dia di sekitaranku. Dia seolah menghindar, dan itu membuat hati ini yakin, kalau di antara Mas Haris dengannya ada hubungan.
Hingga jam makan siang tiba, saat kami istirahat dan bersiap makan siang. Aku masih mencari Putri, tapi tidak menemukan dia. Karena rasa penasaran tidak dapat menemukan keberadaan Putri, akhirnya aku bertanya dengan salah satu teman kerjaku juga.
"Rina ... apa kamu melihat Putri? Soalnya sedari tadi, aku tidak melihatnya,"tanyaku pada Rina.
"Lho, bukannya dia pamit pulang, ya. Kok kamu sahabatnya bisa tidak tahu, sih," jawab Rina dengan nada heran, kenapa aku bisa tidak tahu kalau Putri sudah pulang sedari tadi.
''Aku benar-benar tidak tahu, Rina. Karena dia sendiri tidak pamit denganku. Apa kamu tahu alasan apa dia pulang tadi, Rin?" jawabku jujur.
"Katanya ada urusan penting begitu, tapi aku tidak tahu hal penting apa. Setelah itu dia meminta izin Manager, kemudian dia pulang," jelas Rina, dan itu membuatku bertanya.
Hal penting apa sampai membuat Putri izin pulang. Kamu kenapa, Putri? Kenapa kamu izin pulang? Apakah karena pertanyaanku tadi, dan itu membuat dia menghindariku. Kalau seperti ini, yang ada aku makin curiga padanya dan Mas Haris.
Kalu memang aku tidak menemukan jawaban dari Putri, lebih baik kutanyakan langsung pada Mas Haris. Ya, seperti itu saja. Karena aku juga tidak mau persahabatanku ada masalah, jika sampai salah menuduh Putri ada hubungan dengan Mas Haris.
Jam makan siang sudah selesai, aku pun kembali bekerja. Sesopan mungkin mencoba ramah dengan pengunjung kafe, dan tidak lupa saat menyajikan hidangan yang di pesan pelanggan kuusahakan dengan sangat hati-hati dalam penyajikannya.
Karena aku tidak mau, kalau kecerobohanku bisa melukai pengunjung kafe. Tanpa terasa waktu jam pulang tiba, dan aku mulai bersiap pulang.
Selesai berganti pakaian, dan berias sedikit. Aku mencoba menghubungi Mas Haris, tidak lama teleponku di angkatnya.
Drrrttt
📱My Love"Hallo ... assalamu'alaikum, Mas. Ini aku sudah pulang, jemput aku, ya," ucapku dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Cinta sena Anjani
General FictionSebuah insiden kecelakaan, membawa kehidupan Sena Anjani ke dalam titik terendah. Kehilangan putranya yang baru beberapa tahun ia lahirkan, membuat ia hampir gila. Kesedihan Sena, bertambah ketika tunangannya yanh ia lindungi tega mengkhianati cinta...