Bab 7

262 10 0
                                    

Bab 7 🍁 Curiga

Sore telah berganti malam, detik, menit hingga jam telah berganti. Namun, Mas Haris belum juga datang. Sedangkan aku masih di sini, di restoran tempat di mana dia mengajakku bertemu.

Bahkan waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi belum juga ada kabar darinya.

Hati ini mencoba berdamai, tetap percaya kalau Mas Haris akan datang. Hati ini juga masih percaya kalau dia tidak akan mengecewakanku, yang sudah memberikan seluruh hati, cinta dan juga hal paling berharga dalam hidupku.

Namun, jika menengok ke belakang dalam beberapa hari ini. Tepatnya, setelah malam itu. Mas Haris mulai berubah. Apakah aku harus tetap percaya padanya, jika hati ini juga mulai ragu.

Sedari tadi aku masih mencoba menelepon Mas Haris, terus mengerus. Tepatnya sengaja aku menerornya agar dia mau mengangkat teleponku. Bahkan banyak pesan SMS, sudah kukirim padanya.

[Angkat, Mas! Atau Mas pengen aku ke rumah Mas Haris sekarang, angkat teleponku kita perlu bicara.] Kukirim pesan terus dengan kata yang sama, dan berharap dia mau mengangkat telepon atau sekadar membalas pesan yang kukirim.

Kucoba sekali lagi menelepon Mas Haris sekali lagi, dan itu cukup lama. Barulah dia mau mengangkat teleponku.

Saat sambungan telah tersambung, aku mengernyit saat mendengar suara dalam sambungan telepon yang terdengar cukup ramai. Dalam hati ini bertanya di manakah saat ini Mas Haris berada.

Drrrttt
📱 My Love

"Hallo ... assalamu'alaikum, Mas Haris sekarang di mana?"

"Wa'alaikumussalam, Dek. Mas ada di rumah, kamu di mana sekarang?" jawab Mas Haris cepat sekaligus menanyakan keberadaannku.

Mas Haris berbohong padaku, dia tidak di rumahnya. Karena yang terdengar di dalam telepon cukup ramai.

"Ada di rumah," jawabku berbohong.

"Benar sekarang Mas ada di rumah? Kenapa ada suara banyak orang saat aku mendengarnya?" tanyaku dengan penasaran.

"Benar ... Mas ada di rumah, Sayang. Kebetulan di rumah ada acara keluarga."

"Benar Mas tidak berbohong, lalu kenapa Mas tidak datang ke restoran?"

"Maaf Mas lupa, jadi tidak datang ke restoran. Tadi kamu datang ke restoran, ya?" tanyanya lagi.

"Iya ... lalu kenapa tidak membalas pesan yang kukirim, Mas! Apa Mas sengaja melupakan janji yang Mas buat sendiri?"

"Jika tidak bisa menepati janji, lalu kenapa Mas berjanji padaku, hah!'' marahku, karena aku mulai muak dengan semua alasannya.

"Satu lagi jangan pernah melupakan, janji di malam itu. Saat di mana Mas sudah mengambil hal paling berharga dalam hidupku!" kataku dingin, lantas mematikan sambungan telepon.

Tut.

Setelah kumatikan posel, dan memasukkan ke dalam tas selempang. Aku beranjak meninggalkan, restoran dengan perasaan tidak menentu.

***
Kulajukan motor, menyusuri jalanan padat kota dengan perasaan hampa. Sekelebet bayangan ketika aku bertemu, dengan Mas Haris. Mulai dari kita bertemu lalu berkenalan, dan kemudian mulai menjalin hubungan.

Mas Haris adalah sosok pria yang baik, penyayang dan penuh perhatian. Namun, kini dia mulai berubah tidak seperti yang dulu. Lalu aku harus bagaimana sekarang?

Saat di pertengahan perjalanan, kulihat dari kejauhan sosok pria yang kukenali sedang mengendarai motor sport berwarna hijau, dengan wanita yang kukenal juga. Keluar dari pelataran kafe, yang cukup terkenal.

Rahasia Cinta sena AnjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang