Part 25

365 17 0
                                    

🍁 Salah Paham Berakhir Indah

Aku melangkah dengan langkah pelan, serasa tubuh ini tidak mempunyai kekuatan walau sekadar hanya menggerakkan kaki saja.

Cairan bening ini juga tidak bisa berhenti mengalir membasahi pipi, kuhapus dengan kasar hingga berulang kali.

Namun, tetap sama air mataku masih saja mengalir. Hatiku perih, rasa sakit ini begitu sangat menyesakkan dada.

Beberapa kali aku mendapatkan tatapan tanya, dari orang yang sedang berpapasan denganku. Tapi aku tidak peduli, dengan rambut acak-acakan karena ulahku sendiri.

Bedak dan lipstik yang kupakai tadi semua pudar karena kena air mataku, aku sama sekali tidak mempedulikan penampilanku lagi.

Yang kuinginkan saat ini adalah pergi dari tempat ini, kalau bisa aku ingin menghilang dari bumi ini sekarang juga.

Saat aku akan sampai di dalam ballroom acara pesta yang di adakan Narendra, tiba-tiba terdengar suara Mas Haris. Sedang memanggilku, dari arah belakang dan mulai menghampiriku.

"Sena! Sena, biar Mas yang mengantar kamu pulang, ya," ucap Mas Haris sambil berlari lalu merangkulku.

"Lepaskan tangan kotormu dari tubuhku! Aku tidak sudi di sentuh oleh tangan seorang pembunuh sepertimu, dan kedua orang tuamu!" jawabku, sembari berusaha melepaskan tangan Mas Haris.

"Sena ... maafkan Mas, Mas memang berdosa kepadamu dan juga Arsen. Tapi Mas mohon untuk malam ini, biarkan Mas mengantarmu hingga sampai rumah," tawarnya lagi, dengan nada memohon.

Kutatap manik Mas Haris dengan sorot mata kebencian, tapi dia tidak peduli tatapanku. Dia masih keras kepala, ingin mengantarku pulang.

Apalagi tatapannya saat menelisik keadaanku, yang dalam kondisi kurang baik.

"Lihat wajah dan penampilan kamu sekarang, Dek. Semua orang sedang memperhatikan dirimu, dengan tatapan tanya dan memperhatikan kita."

"Apa kamu tidak malu, Mas saja sangat mengkhawatirkan kamu, Sayang. Ayo Mas antar kamu pulang, ya," ucap Mas Haris masih kekueh dengan pendiriannya, dan terus berusaha memegang tanganku.

Namun, dengan kasar menepisnya. Mas Haris tidak menyerah, dia malah memelukku.

Saat aku terus berusaha melepaskan diri dari rengkuhan Mas Haris, sambil berteriak.

Karena teriakanku itu malah mengundang banyak orang, dan melihatku yang sedang bertengkar dengan Mas Haris.

"Lepas! Lepaskan tanganmu dari tubuhku Mas, aku bisa pulang sendiri dan jangan berusaha menjadi orang yang shok peduli padaku. Aku sama sekali tidak butuh itu!" teriaku marah.

"Kamu boleh marah bahkan membenci Mas, Dek. Mas akan menerima itu. Tapi untuk malam ini, Mas tidak akan membiarkan kamu sendiri dalam kondisi seperti ini," ujar Mas Haris dengan kata manisnya, sembari mendekapku.

Aku masih terus berusaha melepaskan diri dengan memukuli tubuhnya pun, tetap tidak bisa.

Tiba-tiba Narendra datang dan langsung merelai pulukan Mas Haris dari tubuhku dengan kasar.

"Dia bilang minta untuk di lepaskan, tapi kenapa kamu tidak mau melepaskannya? Bahkan kamu memeluknya, di saat dia tidak mau?!" bentak Narendra, dengan suara yang begitu keras.

Entah mengapa Narendra begitu marah, saat melihat Mas Haris memelukku tadi. Dia yang sudah di penuhi kemarahan, langsung memukul wajah Mas Haris berulang kali.

Aku hanya bisa diam melihat itu, tanpa berniat membela Mas Haris. Hatiku masih terlalu sakit, aku hanya menonton pertengkaran mereka.

"Itu bukan urusan Pak Narendra, Sena adalah orang yang pernah menjadi bagian terindah dalam hidup saya. Jadi Anda tidak usah ikut campur urusan saya," teriak Mas Haris tidak suka akan sikap Narendra, yang tiba-tiba memukul wajahnya.

Rahasia Cinta sena AnjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang