10 | Cruel World

299 33 0
                                    

Halo, apa kabar? Selamat datang kembali!!

Sebelum baca, berhubung di Indonesia lagi banyak kejadian yang tidak diinginkan, kita berdoa sama-sama biar setelah ini semuanya berangsur membaik. Amin.

Happy Reading!

If I believe in love and you believe in love. Then we can be in love somehow.

Justin Bieber - Trust

Turin, Piedmont, Italy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Turin, Piedmont, Italy.

Ave mengikat rambut panjangnya bersamaan dengan Mario yang memasuki ruangan. Perempuan itu berdeham, mencairkan suasana yang sempat tegang. Mungkin bukan suasana, melainkan Ave sendiri yang merasa tegang.

Mario meletakkan sebuah map di atas meja. Ave sudah akan meraihnya, namun Matias mengambil alih dengan cepat. Di saat seperti ini biasanya Ave buka suara mengajukan protes. Kali ini sedikit berbeda. Ave hanya diam dan menanti Matias selesai membaca.

"Huh, menarik," komentar Matias.

Mario menyetujui. "Mereka membuatku harus bolak-balik rumah sakit dan markas. Begitu saja dalam sebulan."

"Bulan depan kau akan kembali melakukannya." Matias menutup map, menyerahkan benda itu kepada Ave. "Dua orang korban hanya selisih beberapa hari. Mereka juga bekerja di tempat yang sama. Kalian sudah tutup tempatnya?"

"Sudah," jawab seorang pria yang datang bersama Mario. "Tidak boleh dibuka sampai investigasi selesai."

Napas Ave berembus kasar. Kedua matanya terpejam seolah-olah ingin menyerah. Kepalanya menunduk. "Kapan hasil autopsinya keluar?"

"Besok siang," sahut Mario.

"Kalau begitu kita hentikan pertemuan ini sejenak. Aku ingin makan siang. Grace," panggil Matias. "Ingin makan siang denganku?"

Gracelyn yang sejak tadi diam mengamati diskusi, akhirnya memberikan respons dengan satu gelengan. "Aku akan makan nanti. Terima kasih."

Semua orang keluar, menyisakan Gracelyn dan Ave yang duduk bersebelahan. Ave masih menunduk. Gracelyn ingin memanggil serta menanyakan apa yang terjadi. Namun mengingat sifat Ave yang terkadang tidak suka diusik, membuatnya mengurungkan niat.

"Grace," rengek Ave. "Kenapa kau tidak bicara padaku?"

Kening Gracelyn mengernyit. Perempuan ini, benar-benar menyebalkan. "Itu karena aku menganggapmu tidak ingin diganggu. Biasanya jika aku bertanya, kau justru marah padaku," serang Gracelyn kesal.

"Kali ini berbeda. Aku membuat kesalahan."

"Kesalahan apa?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu? Tidak baik menanyakan urusan seseorang."

Angkat tangan. Gracelyn sunggung tidak mengerti jalan pikiran Ave. Belum sampai dua menit dia memintanya untuk bicara. Ketika sudah ditanya, kenapa jawabannya jadi seperti itu.

The Lost Puzzle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang