01. Hancur

44.3K 1.1K 40
                                    


"Aku tenggelam dalam ketakutan,
Memikirkan dunia yang memandangku hina
Setelah kejadian ini,"

- Naradha Alyana -

Naradha Alyana, cewek dengan rambut panjang yang menjuntai indah itu tersentak saat melihat dua garis berwarna merah muda di sebuah alat kecil yang baru saja digunakannya, tubuh yang semula bersandar di tembok tiba-tiba lemas lalu merosot begitu saja saat mengetahui hal ini. Wajah cantik yang sedari tadi di dihiasi gundah kini bertambah suram, isak tangis yang pilu itu pecah begitu saja, Naradha tidak tahu lagi bagaimana nasibnya setelah ini.

"Arghhh, sialan!" Umpat demi umpatan dikeluarkan, kecemasan yang sejak beberapa waktu melanda hari kini berhasil menghantamnya pada sebuah kenyataan menyakitkan.

Semua benar-benar terjadi masa depannya kini perlahan akan hancur.

Segala harapan, semua usaha yang cewek itu lakukan untuk menggapi masa depan impian, dan ribuan cita-cita yang dimiliki selama ini seperti menguap begitu saja. Sebuah kenyataan pahit bahwa Naradha kini ia sudah berbadan dua. Dengan fakta yang tak kalah menyakitkan bahwa sialnya anak ini, 'bukan' hasil perbuatan kekasihnya sendiri.

"Gue harus apa sekarang..." lirih suara isakan tangis menggema memenuhi kamar mandi yang terasa kosong, Naradha meremas rambutnya kuat-kuat meluapkan segala sakit hati yang kian menyiksa, mengusap wajahnya yang sudah di banjiri air mata dengan kasar.

Ketakutan itu benar terjadi, Naradha hanya bisa menyesali kebodohan yang hingga kini masih diam tentang apa yang sudah dirinya alami. Rasa takut berhasil membungkamnya, hingga cewek itu tidak mengira akan begini akhir dari bungkamnya. Segala andai dikepala mengingat kejadian itu muncul, kembali mengantuhi pikiran Naradha.

Andai saja waktu itu dia tidak di ancam, andai saja malam itu dia punya keberanian untuk berteriak minta bantuan, andai saja waktu itu ia mengatakan semua mimpi buruk yang dirinya alami.

Semua akan baik-baik saja, kehormatannya tidak akan direnggut dengan mudah oleh si brengsek yang berkedok sebagai sahabatanya.

"Lo harus tanggung jawab," Naradha mengambil ponselnya yang terletak di atas meja, yang tidak begitu jauh. Mencari deretan angka yang sudah sangat di kenalinya dan menempelkan ponselnya di telinga saat sudah mulai tersambung.

Tak berselang lama, nada sambung pun terhenti diganti suara seorang lelaki yang sekarang amat dirinya kenali. "Halo Dha? Kenapa nelpon gue malam - malam, kangen ya? haha."

Suara seorang cowok dengan nada jenaka yang begitu khas menyapa telinga, ingin sekali rasanya Naradha merobek mulut itu sekarang juga. Dengan mati-matian Naradha coba menahan isak tangis agar tidak terlalu terdengar jelas oleh cowok itu.

"Lo brengsek Agas! Gue benci banget sama lo, gue benci bangsat!!" Umpatan yang begitu keras, Naradha berhasil berteriak dengan lantang, berusaha meluapkan seluruh rasa sakit hatinya.

Dunianya terasa begitu hancur sekarang, semua harapan dan mimpi yang telah ia bangun runtuh begitu saja.

"Eh Eh! Kenapa nangis lo?"

Tubuh Naradha semakin bergetar, rasa sakit yang coba dilawan kini benar-benar menghancurkannya secara perlahan. Naradha semakin terisak mendengar pertanyaan cowok itu, yang sampai saat ini belum menyesali perbuatan keji yang diperbuatnya pada Naradha.

NARADHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang