34. Waktu terus berjalan

6.1K 358 29
                                    

••°°••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••°°••



"Ayo kita kumpulkan manusia – manusia yang sudah menjadi korban virtual sekarang!" ucap Deren yang baru saja datang ke kantin, entah kenapa lelaki itu terlihat seperti sedang bersedih membuat teman – temannya malah tertawa bukannya prihatin.

"Der, serius ya muka lo kalo lagi sok sedih gitu lucu anjir! Kaya mimi peri!" Natan tertawa pelan, meledek Deren itu adalah suatu kegiatan yang sangat dirinya sukai.

Deren otomatis memukul kepala belakang Natan dengan keras, "Sialan lo, temen lagi sedih malah di ketawain. Kan anjing!" cowok itu kemudian duduk di bangku yang masih kosong di sebelah Gema, yang sedang terduduk diam sembari menikmati nasi gorengnya.

Saat ini Gema dan teman – temannya sedang makan di kantin, mereka duduk di meja paling pojok kantin bersama beberapa anak ekskul basket yang lainnya. Mereka duduk berjejer di kumpulan meja pojok kantin yang sepi, dan saat ini Gema, Natan, Deren dan satu anak basket yang lainnya bernama Gangga sedang duduk dalam satu meja.

"Emang Natan kan anak anjing, contoh, conton anak anjing!" ucap Gangga yang memang sudah tahu bagaimana tabiat seorang Natan, jika temannya sedih pasti ditertawakan.

"Awal aja lo besok kalo curhat sama gue Nat, gue ketawain juga lo kalau sedih!" Deren berdecih pelan, saat melihat Natan yang masih saja tertawa. Mana wajah lelaki itu sangat mengesalkan dimata Deren.

"Serius Nat, kalo lo gak berenti ketawa gue lempar sambel ya? tengil banget lagi mukanya!" ucap Deren yang terlanjur kesal karena Natan masih saja tertawa, padahal tidak ada yang lucu sejak tadi.

Gangga kemudian menoleh kearah Gema, "Gem, sepupu lo ada yang kerja di rumah sakit jiwa kan?"

"Ada kenapa?"

"Itu kayaknya temen lo si Natan, lagi butuh perawatan. Dari tadi ketawa mulu. " Kata Gangga berbisik membuat Gema berusaha menahan tawanya.

Gema kemudian menggeleng pelan, "Biarin aja, mungkin lagi agak konslet di dalamnya."

Natan berusaha meredakan tawanya, demi apapun melihat wajah sedih dari Deren itu benar – benar menghibur. Deren itu tipe cowok yang sok cool padahal hatinya selemah kue sus kering yang isiannya coklat, uhh enak pastinya.

Oke back to topik, ya begitulah Deren tipe cowo yang mau terlihat tegar padahal aslinya lemah gemulai. Dan kadang cowok itu juga pintar menyembunyikan kesedihannya. Jadi ya melihat wajah sedih Deren jelas membuat Natan gembira aja gitu.

"Oke – oke sorry, emang kenapa sih lo sedih sayang hmm?" Natan merubah raut wajahnya menjadi serius, hal itu membuat Deren menggambil gulungan tisu yang ada di atas meja dan melemparnya tepat kewajah Natan.

"Sayang, sayang mata lo soang!"

Natan hanya mengangkat bahunya acuh, "Gue nanya baik – baik loh," Deren kemudian mendengus pelan, lalu menatap Natan dengan wajah cemberutnya yang sangat menjijikan.

NARADHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang