11. Antagonis sesungguhnya

8K 454 14
                                    





Naradha mengangkat tangannya, dan menunjuk ke arah Gema. "Gema bohong, dia ayah dari anak ini." ucap Naradha berat hati, mungkin setelah ini dirinya akan di cap wanita tidak tahu malu oleh Gema.

Gema terdiam saat mendengar pernyataan Naradha yang begitu kejam, hati cowok itu hancur berkeping – keping saat tahu ternyata orang yang selama ini sangat dirinya sayangi malah menjebaknya dengan kejam demi menyelematkan diri. Gema memandang Naradha dengan sorot mata yang begitu pilu, seolah meminta penjelasan tantang semua ucapan gadis itu.

"Lo bohong Dha! Itu bukan anak gue!" tariak Gema membela dirinya, ini tidak benar! Gema sama sekali tidak melakukan kesalahan dan anak itu, anak dalam kandungan Naradha memang bukan hasil perbuatannya.

Naradha kembali menitihkan air mata, menatap Gema dengan sorot mata sulit untuk di baca. "Siapa yang bohong Gem? Ini memang anak kamu, kamu yang jebak aku di club malam waktu itu!"

"Dha, lo jebak gue? Kenapa lo bohong Dha?" lirih cowok itu berjalan mendekati Naradha dan memegang pundak cewek itu dengan erat.

"Jawab yang jujur Dha, bilang sama semua orang kalau itu anak Agas."

"Maaf Gem, tapi ini memang anak kamu."

Satu tetes air mata jatuh begitu saja di pelupuk mata Gema, rahang cowok itu mengeras hebat tangannya kokohnya mencengkram bahu Naradha semakin kuat membuat Naradha meringis kesakitan.

"Cewek murahan! Setelah lo ngelakuin hal rendehan sama cowok lain, sekarang lo mau jebak gue biar mau ngakuin anak haram yang ada di perut lo ini?"

Naradha tersentak dengan ucapan Gema, cewek itu menunduk dalam tidak berani menatap Gema. Bahu Naradha bergetar hebat, cewek itu bahkan meremat pakaian yang sedang dirinya gunakan. Kali ini Naradha hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri, biar saja dirinya di katakan egois yang penting posisinya aman saat ini.

"Jalang murahan!" maki Gema tajam, di depan wajah Naradha.

Plak!

Satu tamparan melesat dengan mulus di pipi Gema, hal itu membuat Gema mundur dari hadapan Naradha dengan kondisi pipinya yang memerah. Orang yang menampar Gema adalah Arsen, ayah Naradha.

"Jaga ucapan kamu Gema! Kamu mengatakan anak saya jalang hah?!" Arsen mencengkram erat kerah seragam sekolah Gema.

"Iya, anak Om itu memang jalang! Tidur dengan cowok lain, tapi mau melimpahkan kesalahannya dengan menjebak saya!" ucap cowok tampan itu dengan berani, nafasnya memburu dada cowok itu naik turun dengan hebat, sorot matanya tajam menatap Arsen dengan berani.

Arsen saat ini benar – benar marah dengan apa yang di ucapkan Gema, "Mulut kamu perlu di beri pelajaran!"



Bugh!



Bugh!




Arsen kembali memukul Gema dengan begitu kerasnya, cowok itu sekarang benar – benar terjatuh di lantai dengan kondisi wajah yang di hiasi banyak sekali bekas luka lebam. Entah sudah berapa kali Gema di pukuli sejak pagi.

Saat ini Hades dan Dania hanya terdiam, mereka tidak bisa lagi membela putranya. Pengakuan Naradha benar – benar membuktikan bahwa anak mereka salah, dan jalan satu – satunya adalah Gema harus bertanggung jawab dengan perbuatannya.

Gema mencoba bangkit, kemudian mendekati Dania Mamanya yang saat ini menitihkan air mata pilu. Cowok itu memeluk kaki Mamanya, mencoba meyakinkan wanita paruh baya itu bahwa dirinya tidak bersalah.

"Ma, tolong percaya sama Gema. Gema gak salah, aku gak pernah ngejebak Radha ma. Justru disini aku yang di jebak ma, tolong aku Ma. Aku gak salah." Ucap cowok itu lirih sembari memeluk kaki sang Mama dengan erat, Dania hanya memalingkan wajahnya tidak ingin menatap Gema. Dalam lubuk hatinya, Denia sangat percaya pada putranya. Namun ucapan Naradha barusan membuat Dania tidak bisa berbuat apapun untuk membela Gema.

NARADHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang