32. Kehilangan harapan

7.6K 393 9
                                    

°°••°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°••°°

Gema sudah berusaha mencari Naradha sekuat tenaganya, namun yang cowok itu dapatkan hanya sebuah tanda tanya besar tentang di mana sebenarnya keberadaan Naradha saat ini. Gema sudah berusaha bertanya pada orang – orang terdekat Naradha, namun mereka semua memilih tutup mulut dan tidak mau memberi tahu Gema.

Seperti saat ini Gema sedang memohon kepada Sintya -Mama Naradha- agar wanita paruh baya itu memberi tahunya dimana keberadaan istrinya itu, Gema hanya ingin mereka menghadapi semua masalah bersama bukan dengan cara pergi dan menghilang seperti ini. Gema tidak suka cara Naradha menyelesaikan masalahnya yang seperti ini, terlalu egois menurut lelaki itu.

"Ma, Gema mohon dimana Naradha? Gema suaminya, Gema berhak tau dimana dia!" habis sudah kesabaran Gema menghadapi Sintya, wanita paruh baya itu tidak juga menjawab pertanyaan Gema dengan benar.

"Saya beneran gak tau Naradha dimana, Gem." Hanya itu yang bisa Sintya ucapkan, dirinya tahu Naradha pergi untuk menenangkan diri. Tapi untuk keberadaan Naradha saat ini dimana, Sintya juga tidak tahu karena anaknya itu benar – benar menghilang saat ini.

"Apa sih susahnya kasih tahu Gema?" Sintya terdiam, saat mendengar nada lirih yang Gema keluarkan.

"Gema cuma mau Naradha selesaikan masalah ini berdua sama Gema, bukan dengan cara kabur seperti anak kecil begini!" Gema menatap Sintya dengan padangan memohon, mencoba untuk mendominasi Sintya dengan pandangannya itu.

Sintya hanya bisa menggeleng, "Tapi masalahnya Gema, saya juga tidak tahu dimana anak saya berada sekarang! Saya juga tidak bisa menghubungi Naradha!" ucap Sintya jujur.

Sudah seminggu totalnya Naradha menghilang, Sintya juga tidak bisa menghubungi Naradha sama sekali. Cewek itu benar – benar menutup semua aksesnya untuk berkomunikasi, Naradha benar – benar menghilang tanpa jejak. Bahkan Sintya menyesal setelah membiarkan anaknya itu pergi, wanita paruh baya itu hanya takut Narada tidak menepati janjinya untuk kembali.

"Maksudnya apa?!" tanya Gema meninggikan suaranya.

"Saya juga tidak tahu anak saya dimana! Saya juga sedang khawatir karena dia tidak bisa dihubungi sampai sekarang!" Gema menggeleng, cowok itu mengepalkan tangannya erat.

Cowok itu kecewa, sangat kecewa pada Naradha yang selalu saja mengambil sebuah penyelesaian masalah yang bisa dikatakan salah. Cewek itu malah memperkeruh suasana, demi apapun Gema saat ini ingin memarahi cewek itu. Gema marah, Gema kesal, dan Gema kecewa.

"Lantas kenapa dia diijinkan pergi?"

"Saya gak punya pilihan Gema, saya hanya mau anak saya menenangkan dirinya! Andai saya tahu kalau seperti ini jadinya, saya juga gak bakal biarin dia pergi!" air mata Sintya meluruh, penat sudah wanita paruh baya itu menanti kabar dari Naradha yang tak kunjung ada.

Gema memejamkan matanya mencoba memendam semua emosinya yang benar – benar akan meluap sebentar lagi, bukankah ini sangat kekenakan? Lari dari semua masalah? Hey! Itu bukan sebuah penyelesaian menurut Gema. Cowok itu mengeraskan rahanganya, giginya bergesekan dengan keras. Sungguh Gema tidak mengerti lagi jalan pikiran Naradha.

NARADHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang