05. Iya, positif

10.5K 565 0
                                    


••|Happy Reading|••

Naradha menatap langit-langit kamar nya, jemarinya menyisir rambut panjang yang tergerai. Hari sudah larut malam tapi matanya seolah tidak bisa terpejam. Ditemani gelap dan sunyinya ruangan, cewek itu lalu mengusap perutnya yang masih rata. Ingatannya akan hari dimana kehormatannya direnggut kembali berputar dengan jelas di kepalanya.

Saat ini Naradha hanya bisa menyesal, menyesal karena telah mengambil sebuah tindakan bodoh. Naradha menaruh kepercayaan yang besar terhadap sahabatnya Agas, ia berfikir jika Agas bisa menjaganya.

Namun ternyata Naradha salah besar, di malam yang buruk itu Agas sendirilah yang telah menjebaknya dan merebut kehormatan yang ia miliki.

"Naradha lo itu bodoh tau gak? Bodoh!" umpatan kecil itu keluar dari bibir Naradha.

Menyesal, hanya itu yang saat ini bisa di lakukannya selain menangis. Jika kalian mengatakan Naradha cengeng, maka coba bayangkan jika kalian berada di posisi Naradha saat ini.

Kepercayaan besar yang kalian berikan pada seseorang, justru dijadikan sebagai alat untuk menjebak kalian. Sangat sakit rasanya. Menyesal pun kini terasa percuma karena nasi sudah menjadi bubur, apa yang terjadi sudah lewat dan tak bisa diulangi.

"Sakit banget Gas. Kenapa sih lo sejahat ini sama gue, Gas?" lirih Naradha pilu, sahabat yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri adalah orang yang menghancurkan hidupnya.

Kepalanya kini memutar kembali memori di hari yang terasa paling buruk sepanjang hidupnya itu.

•••••

Naradha kini berada di mobil Agas, tadi Agas menjemputnya dan mengatakan akan membawanya ke suatu tempat yang Naradha sendiri tidak tahu itu dimana. Agas kini sedang fokus menyetir dan Naradha tengah sibuk memandangi ramainya jalanan.

Naradha mengerutkan keningnya, saat mobil Agas melaju menuju sebuah jalan yang sangat asing untuknya. Agas memilih melewati jalan-jalan yang kecil dan juga sepi, entah Naradha akan di ajak kemana oleh sahabatnya ia juga tidak tahu.

"Gas kita mau kemana sih?" tanya Naradha pada sahabatnya itu, Agas terlihat menoleh sejenak ke arah Naradha sebelum kembali fokus memandangi jalan.

Agas terlihat tersenyum, "Udah ikut aja, lo pasti suka pokoknya."

"Jangan-jangan lo mau ajak gue makan malam romantis, terus nembak gue ya, Gas? Ogah ah gue gak mau!"

Agas sontak tertawa ringan, dan menoyor kelapa Naradha hingga sedikit terdorong kedepan. "Terlalu banyak baca novel lo nyet! Yakali gue mau nembak, lo kan tau gue udah punya pacar!"

Ya benar, Naradha tau bahwa sahabatnya ini sudah memiliki pacar. Naradha juga sudah tahu kalau pacar Agas sangat cantik dan sahabatnya ini sangat bucin terhadap pasangannya. "Ya gue tahu lah, gue juga udah punya pacar kali. Siapa tahu aja gitu, ada niatan selingkuh gitu."

Agas menggeleng, "Gue gak suka selingkuh Dha," Tapi gue sukanya main cewek. Lanjut Agas dalam hatinya sebelum menambah kecepatan mobilnya.

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, akhirnya mobil Agas berhenti di salah satu bangunan yang terlihat tua namun sangat ramai. Jika dilihat dari luar dekorasi tempat ini sangatlah menyeramkan gelap dan tempatnya lumayan pelosok.

"Gas ini tempat apa sih?" tanya Naradha lagi, sejujurnya ia merasakan hawa yang sangat tidak baik saat baru saja mobil Agas terparkir disini.

"Kalau lihat sesuatu itu jangan dari luarnya Dha, ayo masuk lo pasti suka di dalamnya." Agas membuka seatbelt nya dan hendak turun mobil, namun dengan segera Naradha menahan tangan cowok itu.

NARADHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang