33. Waktunya membuka hati

6.7K 383 28
                                    

••°°••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••°°••

"Menunggu, satu hal yang sebenarnya sangat mudah namun sulit untuk dilakukan"

°°••°°

Pagi ini terasa sangat panas, dan para murid SMA Pelita yang datang terlambat kesekolah sedang menjalani hukuman mereka. Ya ketepatan waktu dan kedisiplinan adalah salah satu hal yang paling di tekankan di sekolah ini, telat sedikit saja jangan harap akan lepas dari jeratan hukuman. Seperti hari ini contohnya, cukup banyak murid yang datang terlambat kesekolah.

Termasuk Gema, yang saat ini tengah berbaris dalam deretan para siswa yang telat. Ini adalah kali pertama bagi Gema mendapat hukuman karena telat datang ke sekolah, sebenarnya Gema tipe orang yang sangat on time tapi entah beberapa hari ini semangatnya terasa berkurang karena beban pikirannya yang cukup berat.

"Gema kenapa kamu telat?" tanya Pak Rahman salah satu guru bagian kedisiplinan yang bertugas untuk mempertanyakan alasan para murid – muridnya bisa datang terlambat.

Gema hanya menaikan bahunya pelan, "Saya juga gak tahu kenapa bisa telat pak, padahal bangunnya udah pagi." Kata lelaki itu jujur.

Gema juga tidak mengerti kenapa dirinya telat hari ini, kalau urusan telat bangun jawabannya tidak cowok itu selalu bengun tepat waktu karena itu sudah menjadi kebiasaannya, kalau di bilang telat berangkat tidak juga. Entahah Gema juga tidak mengerti kenapa dirinya bisa terlambat sampai di sekolah.

"Gema! Kamu ini ada – ada saja, masa kamu sendiri gak tahu alasan kamu bisa telat?!" kata guru bertubuh tambun itu, merasa Gema bermain – main saat menjawab pertanyaanya.

"Ya mau saya jawab apa pak? Itu kenyataannya," kata Gema dengan wajah polos – polos bangsatnya, hal itu membuat beberapa murid yang lain tertawa pelan. Mereka kagum dengan Gema yang berani menjawab pertanyaan Pak Rahman seperti itu.

"Gema, kamu jangan menguji kesabaran saya pagi – pagi nak!"

Gema menghela napasnya pelan, "Pak, saya dari tadi cuma jawab pertanyaan bapak loh! Kok malah di bilang menguji kesabaran?"

Pak Rahman nampak berusaha tersenyum, kemudian mendekatkan dirinya ke arah Gema. "Kalau begitu, jawab pertanyaan saya dengan benar paham?" Gema hanya mengangguk pelan.

"Beri saya satu alasan kenapa kamu bisa telat? Supaya saya bisa mempertimbangkan hukuman apa yang akan diberi." Kata Pak Rahman sudah mencoba sesabar mungkin.

Gema berdecak pelan, "Kan tadi saya udah bilang Pak, saya juga gak tahu kenapa saya bisa telat." Raut wajah Pak Rahman langsung berubah merah, seperti sedang menahan amarah yang siap meledak.

"Gema, lari keliling lapangan lima putaran!" kata Pak Rahman tegas, malas lama – lama berurusan dengan Gema.

"Kapan pak?"

NARADHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang