21. Sudut pandang berbeda

6.1K 419 22
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


✨✨✨

Gema dan Naradha saat ini berakhir dalam pelukan erat yang tidak kunjung terlepas, mereka terduduk di lantai ruang gym dengan posisi Naradha yang duduk di pangkuan Gema, dan cowok itu memeluk Naradha dengan sangat erat. Gema menyembunyikan wajahnya dengan nyaman di bahu Naradha, sedangkan cewek itu sedari tadi mengusap – usap kepala Gema dengan lembut.

"Gem, makan dulu ya." ucap Naradha pelan, karena sejak tadi cowok itu belum juga ada niatan melepaskan pelukannya.

"Udah diem gini dulu, jangan bawel lo." ketus Gema dengan suara yang masih teredam di bahu Naradha. Saat ini entah kenapa Gema benar – benar nyaman dalam pelukan ini, meskipun dalam hati cowok itu masih ada dendam kesumat untuk Naradha.

Namun karena pelukan ini begitu nyaman, dan berhasil membuat rasa sakit hatinya tentang pencabutan jabatan ketua basket itu berkurang. jadi biarkan lah saat ini Gema memeluk Naradha cukup lama, status mereka juga sudah suami istri jadi sah – sah saja. Tapi jangan kira Gema sudah memaafkan Naradha, tentu Gema belum memaafkan cewek itu.

Anggap saja pelukan ini sebagai bonus, karena Gema sudah berkorban banyak untuk Naradha.

Naradha hanya mampu menghela nafasnya pelan, baiklah cewek itu memilih diam. Dia juga seharusnya tidak punya hak menolak Gema, cowok itu sudah terlalu berkorban banyak untuknya dan memang sudah seharusnya Naradha membalas kebaikan Gema.

"Gue benci banget hari ini Dha," lirih cowok itu dalam pelukannya, Gema menghela nafasnya berat sembari mengeratkan belitannya di pinggang Naradha.

"Mau cerita sama aku Gem? Aku tahu aku udah banyak ngerepotin kamu, setidaknya aku Cuma mau sedikit berguna buat kamu Gem."

"Semua karena lo Dha, guru – guru disekolah tahu semuanya tapi Papa suruh mereka tutup mulut. Tapi pasti mereka ngecap gue buruk, pandang gue kaya cowok brengsek yang terlibat pergaulan bebas. Jabatan Ketua Basket gue diganti, dan gue dipindah keposisi paling rendah jadi pemain pengganti."

"Lo brengsek Dha, cobak aja lo jujur pasti gak akan begini jadinya." Naradha terdiam, jadi ini ternyata penyebab Gema marah – marah seperti tadi.

Ya Naradha jelas tahu seberapa cintanya Gema pada permainan Basket, Naradha juga tahu bagaimana kerasnya Gema berlatih siang malam tidak tahu waktu hanya untuk menggapai mimpinya menjadi seorang kapten Tim Basket. Dan saat cowok itu berhasil meraih mimpinya dengan usaha yang keras, Naradha datang begitu saja dan menghancurkannya.

"Maafin aku Gema, aku gak tahu lagi harus gimana." Naradha mendekap erat kepala Gema yang berada di bahunya. Membiarkan jemarinya bergerak mengelus rambut Gema menyalurkan ketenangan.

Gema diam, pelukan hangat, usapan lembut, dan suara halus yang menenangkan. Gema tidak pernah menduga ini, amarahnya seketika terasa menguap begitu saja, beban dan rasa sakit hatinya terasa berkurang. Gema tidak menyangka sentuhan Naradha mempunyai pengaruh yang begitu hebat.

NARADHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang