43. Selamat jalan, kini hanya tinggal kenangan

10.7K 499 66
                                    





Udah siap baca?

Tarik napas, terus baca perlahan. Jangan sampai ada yang terlewat ya!!

Jangan lupa vote dan komentarnya juga....

••••

•••||•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••||•••


"Jatuhkan senjata anda!!" Beberapa orang petugas kepolisi akhirnya tiba di lokasi diikuti Naradha yang berjalan di depan mereka. Meskipun sejujurnya sudah lumayan terlambat. Mereka langsung meringkus Ghefan yang tidak melakukan perlawanan sama sekali, ya karena tujuan lelaki kejam itu sudah terpenuhi.

Menghabisi salah satu anak keluarga Bagaskara.

Ghefan diseret keluar oleh petugas kepolisian, namun lelaki gila itu masih tertawa saat melihat salah satu keluarga Bagaskara tergelak tak berdaya di hadapannya, "Tugas ku selesai hahahahahaha!!!!!"petigas kepolisian menyeret lelaki gila itu, dan membawanya untuk di tindak lanjuti.

"Gema!!!" Dania berteriak hebat, saat melihat tubuh putranya yang tergeletak di lantai dengan dadanya yang terus mengeluarkan darah segar. Wanita paruh baya itu langsung berlari menghampiri sang putra diikuti Agas dibelakangnya.

Dania segera memeluk tubuh putra bungusnya, menangis hebat sembari memeluk tubuh yang sudah dipenuhi oleh darah itu. Isakan pilu dari Dania terdengar begitu menyakitkan di telinga semua orang, terlebih dengan Agas yang untuk pertama kalinya melihat sang Mama menangis di hadapannya.

"Gema, kamu masih denger Mama kan?" ucap Dania terbata di sela – sela tangisnya, wanita paruh baya itu mengusap pelan rahang tegas putra kedunya. Menatap kedua manik mata sayu milik Gema dengan dalam.

"S-sakit M-ma," Gema merintih, lelaki itu masih memegangi dadanya yang terus mengelurkan darah segar.

"Mama mohon bertahan Nak, bertahan tolong bertahan."

Agas tidak bisa bicara apapun, semua kejadian ini terlampau cepat. Gema berlari kebelakang sang ayah, dan menjadi tameng untuk peluru yang melesat dengan tujuan tubuh sang ayah. Dada lelaki tampan itu tertembak, dan semuanya terjadi sangat cepat di depan mata Agas dan Dania.

"Gem," Agas terduduk di sebelah tubuh Gema, pandangan lelaki itu tidak terlepas dari wajah adiknya yang sedang menahan rasa sakit. Agas memegangi dadanya, rasanya ia juga dapat merasakan apa yang Gema rasakan.

Sedangkan Hades, lelaki itu masih mematung. Namun sedetik kemudian ia menoleh ke beberapa petugas kepolisian yang sudah berada di tempat ini.

"PAK TOLONG PANGGILKAN AMBULANCE CEPAT!!" lelaki dewasa itu kemudian pergi berlari ke luar rumah tua ini untuk mengurus segala halnya.

NARADHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang