29. Tidak terduga & hilang arah

7.6K 440 32
                                    

Tarik napas dulu sebelum baca ya, and semoga suka :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tarik napas dulu sebelum baca ya, and semoga suka :)


••°°••

K

ini Gema dan Naradha tengah terduduk di balkon kamar, memandangi langit malam yang bertabur bintang dan sang bulan yang kini tengah bersinar dengan terang. Ditemani hembusan angin malam yang terasa cukup kencang, dan saling berbagi kehangatan lewat pelukan erat.

Kini Naradha tengah terduduk di lantai balkon dengan Gema yang memeluknya erat dari belakang. Menyamankan posisinya bersandar pada dada bidang Gema, rasa kantuk tiba – tiba menyerangnya. Namun Naradha masih enggan untuk tidur, cewek itu masih menikmati suasana malam ini.

Melihat Naradha yang mulai menguap beberapa kali, Gema hanya menghela napasnya. Cowok itu mengusap – usap pelan bahu Naradha untuk menyalurkan kenyamanan. "Kalau udah ngantuk mending tidur aja," ucap cowok itu pelan.

Naradha menggeleng, manik matanya masih setia memperhatikan taburan bintang yang terlihat sangat indah. Menarik napasnya pelan, lalu menghembuskan nya. Naradha kemudian menggenggam tangan Gema yang melingkar erat di perutnya yang sedikit membuncit.

"Aku makin takut, Gem." Lirih cewek itu, Naradha kemudian memejamkan matanya sejenak menikmati udara malam yang terasa membelai wajah cantiknya.

Alis Gema terangkat sebelah, tidak mengerti kemana arah pembicaraan Naradha. "Apa yang masih lo takutin?"

"Agas,"

Satu nama yang Naradha sebutkan sanggup membuat Gema terdiam, jujur cowok itu juga sedikit was – was dengan lelaki itu sekarang. Gema yakin akan ada sesuatu buruk yang Agas perbuat, namun itu baru prediksi semoga saja  tidak benar. Gema hanya bisa menaikan bahunya pertanda cowok itu juga tidak tahu harus berbuat apa.

"Gue juga gak ngerti Dha, kita udah kenal dia lumayan lama. Tapi gue sama sekali gak nyangka Agas punya sisi brengsek yang berhasil dia tutupi."

Naradha mengangguk membenarkan, "Setiap perbuatan pasti ada yang mendasari Gem, tapi sampai sekarang aku juga gak tahu kenapa Agas berbuat sejahat itu sama aku." Naradha tertawa sumbang, bayang – bayang bagaimana saat malan Agas mengajaknya ke bar membuat hati Naradha kembali mencelos. Naradha masih sakit mengingat semua itu.

Gema mengeratkan pelukannya, "Gak usah diinget lagi, gau juga gak tahu apa yang terjadi di malam itu. tapi yang jelas itu pasti berat buat lo."

Naradha mengarahkan tangannya ke perutnya yang mulai terlihat sedikit membuncit, tersenyum dengan penuh luka di dalamnya. Senyuman yang begitu tulus, namun sangat menyakitkan. "Harusnya kamu itu hadiah buat Mama, tapi sayang dengan hadirnya kamu malah buat Mama hancur."

"Jangan berfikir begitu, bagaimana pun anak itu anugrah Dha." Gema berucap begitu sendu, mengerti bagaimana beratnya ada dalam posisi Naradha.

"Aku tahu, aku tetap menganggap dia anak aku. Anugrah yang Tuhan kasi buat aku, lewat jalan yang menyakitkan. Dia yang bakal jadi saksi bisu, gimana perjuangan aku." Naradha tidak pernah menyalahkan anak ini, sejak awal cewek itu memang tidak mau menggugurkannya. Bagaimana pun anak dalam kandunganya saat ini adalah darah dagingnya, ada rasa tidak rela dalam benak Naradha kalau terjadi sesuatu yang buruk terhadap anak ini.

NARADHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang