30. Keputusan Naradha

8.9K 459 12
                                    

••°°°••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••°°°••


Gema benar - benar dilanda gelisah, Naradha satu nama yang saat ini selalu berputar di benaknya. Gema memijat pelipisnya lelah, cowok berahang tegas itu khawatir, kesal dan menyesal disaat yang bersamaan. Gema sedari tadi sudah menyalahkan dirinya sendiri, kenapa bertindak bodoh dengan membiarkan Naradha sendirian padahal bayang - bayang hal buruk selalu menghantui cewek itu.

"Dha, maafin gue! Maaf!" Gema menggeram lirih, sedari hanya kata maaf yang mampu ia lantunkan di depan ruang ICU. Cowok itu berharap istrinya tidak apa - apa, terutama anak dalam kandungan Naradha.

"Gem udah, jangan salahin diri lo sendiri terus!" Natan sedari tadi sudah terus berusaha menenangkan Gema yang terlihat sangat kacau, ini adalah kali pertama Natan melihat sahabatnya sekacau ini.

"Gimana gue bisa tenang Nat? istri gue lagi gak baik - baik aja! Ada dua nyawa yang sedang terancam Nat! dua nyawa!" Gema mengusap wajahnya kasar, sedari tadi cowok itu berdiri dengan sangat gelisah di depan pintu ICU menunggu kabar baik yang entah kapan datangnya.

"Ya lo juga jangan panik gini dong! Berdoa aja biar semuanya baik - baik aja!" ucap Natan sembari menuntun badan Gema menuju kursi tunggu yang tersedia disini dan menekan pundak sahabatnya agar duduk diam di sana.

Gema menghela napasnya lelah, cowok itu kemudian menyandarkan tubuhnya kebelakang, memejamkan matanya sejenak guna menenangkan hatinya yang benar - benar gundah. Masih terekam jelas dalam benaknya bagaimana tubuh Naradha terhempas dengan keras saat mobil putih menghantam tubuh ringkih itu. Untung saja sang pengendara mau bertanggung jawab dan mengurus semua administrasi rumah sakit Naradha.

"Gue masih gak nyangka murid - murid sekejam itu," lirih Gema lagi, dengan mata yang masih terpejam.

"Maafin gue Dha, gue gagal lindungin lo." sialnya, satu tetes air mata jatuh begitu saja dari pelupuk mata Gema yang masih tertutup.

Gema tidak mau munafik, cowok itu takut. Takut sesuatu buruk terjadi pada istrinya, dia takut kehilangan Naradha, cintanya terlalu besar untuk menyembunyikan egonya sendiri. Gema mencintai Naradha itu fakta yang nyata sejak dua tajun yang lalu, dan tidak bisa dipungkiri lagi. Meski beberapa waktu yang lalu Gema selalu mengelak dengan dalih membenci cewek itu.

"Jangan tinggalin gue, Dha." Gema membuka matanya, memandang pintu ruang ICU yang masih tertutup.

Natan akhirnya ikut duduk disebelah Gema, "Tenang bro, semua pasti baik - baik aja." Ucap Natan.

"Deren juga udah ngurusin soal berita gak benar dan pembullyan yang dilakuin temen - temennya Radha tadi!" mendengar ucapan Natan, Gema menoleh dengan raut wajah lelahnya. Ya Gema sudah bisa menebak siapa dalang dari semua kejadian disekolah pagi ini.

"Gue yakin ini ulah Agas,"

Natan mengangguk, "Gue juga udah nebak begitu, sekarang Deren lagi ngomong sama pihak sekolah buat atasin semuanya." Gema hanya diam, dia yakin Deren bisa mengatasi semuanya. Sahabatnya yang satu itu bisa dipercaya.

NARADHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang