Dua Puluh Enam

592 41 9
                                    

Ara melangkah gontai keluar dari ruangan Ayah mertuanya. Ia baru saja membicarakan prihal keputusannya yang mengijinkan suaminya menikahi Clarissa.

Ini adalah sebuah keputusan besar yang pernah ia ambil. Sementara Holland sangat menentang ide gilanya untuk menikahkan Ellard dengan Clarissa. Terlebih Holland sangat mengkahwatirkan reaksi keluarga Louis jika mengetahui Ellard menduakan Ara di pernikahan mereka yang belum genap setahun. Tapi Ara mencoba meyakinkan ayah mertuanya, jika ia sendiri akan mencoba berbicara baik-baik dengan keluarganya dan memastikan mereka akan menyetujui keputusannya ini.

Ara tidak punya pilihan. Menurutnya pernikahan ini jalan terbaik untuk menolong psikis Clarissa yang terguncang. Apalagi dokter menyatakan jika Clarissa mengalami depresi berat sampai-sampai yang ada di benaknya hanyalah kematian. Ditambah dengan kondisi penyakit lama Clarissa yang sebelumnya di perkirakan berangsur pulih, kini kembali. Leukimia Clarissa kembali muncul dan kali ini dampaknya semakin parah. Kembalinya penyakit itu membuat Clarissa difonis tidak akan mempunyai umur yang lebih lama lagi.

Informasi itu diberitahukan oleh ibu Clarissa sendiri padanya. Tadi, secara khusus Diana menariknya ke taman rumah sakit untuk berbicara empat mata prihal yang menimpah putrinya. Diana menangis, bersimpuh memohon pada Ara untuk sekali ini mewujudkan keinginan terakhir putrinya untuk menikah dengan Ellard, sebelum gadis itu di panggil Tuhan. Diana juga menarik Dokter yang menangani Clarissa ikut bersama mereka— menjelaskan secara terperinci penyakit Clarissa.

Hati Ara hancur, ia dilema berat. Disatu sisi, ia begitu mencintai suaminya dan tidak ingin membaginya dengan perempuan lain. Ellard hanya miliknya. Namun disisi lain, ia juga tidak bisa mengabaikan Clarissa. Gadis itu juga tak kalah menderita darinya. Sekalipun cara Clarissa untuk mendapatkan suaminya begitu tidak masuk akal, tapi Ara juga tidak bisa menampik jika semua telah terjadi dan rusak. Clarissa mengandung anak Ellard dan hidupnya juga tidak lama lagi. Perkataan tajam Oma sampai sekarang pun tidak bisa dilupakannya— mengatakan bahwa ia belum juga bisa memberikan pewaris untuk meneruskan kerajaan bisnis keluarga mereka.

Sejak pulang dari Rumah Sakit, Ara terus berpikir keras hingga pada akhirnya ia sampai pada keputusan akhirnya, yaitu memilih mundur dan merelakan suaminya untuk Clarissa. Gadis itu dan calon anaknya lebih membutuhkan Ellard. Sekali lagi ia lebih memilih menghancurkan diri sendiri sampai ke titik nadi.

"Semoga keputusanmu tidak membuatmu menyesal di kemudian hari."

Itulah ungkapan yang terakhir Ara dengar dari mertuanya, yang kemudian meninggalkan Ara di ruangan Holland dengan raut kecewa. Hanya selang satu detik Holland keluar, tubuh Ara merosot kelantai. Diruangan sunyi itu, Ara mulai menangis meraung sejadi-jadinya. Menumpahkan segala sesak yang sudah sejak lama ia tahan. Ia terus memukuli dadanya yang berdentam hebat— begitu sakit. Menangisi segala kehancurannya yang begitu nyata sekarang. Ia tidak bisa membayangkan dirinya, melihat suaminya sendiri berdiri diatas altar mengucap janji suci pernikahan dengan wanita lain. Sungguh, lebih baik ia menghilang saat itu juga.

Sekali lagi... Aurora adalah perempuan yang paling munafik

****

Setelah berkunjung dari rumah Ayah mertuanya, Ara tidak langsung pulang ke rumah. Saat ini dia butuh ketenangan. Jika pulang ke rumah, yang ada dia hanya akan terus menangisi keadaan rumah tangganya. Maka dari itu Ia memutuskan pergi menikmati angin sore di taman kota. Ara mendudukkan dirinya dibangku taman dengan pandangan kosong. Tanpa sengaja irisnya menatap pada sepasang suami istri yang tengah duduk bersantai. Mereka menggelar tikar di atas rumput dengan sang suami yang membaringkan kepala di paha istrinya— wajahnya menghadap pada perut buncit istrinya yang tengah hamil besar. Mereka saling melempar senyum dan sesekali tertawa bersama. Terlihat sangat bahagia, apalagi sejak tadi tak henti-hentinya mulut lelaki itu menciumi perut istrinya sayang.

Mencintaimu itu SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang