Tiga Belas

464 37 2
                                    

Haii.. apa kabarnya kalian?

hehehe, seperti biasa ya,,, vote dan komennya ^^ Telimakacihhh

HAPPY READING

.

.

.

Ellard langsung memasukkan tubuh Ara ke dalam mobil disusul olehnya tidak lama kemudian. Tancapan pedal gas yang diinjak keras, membuat mobil itu melesat kilat. Ara tidak pernah melihat atau membayangkan Ellard ternyata memiliki sisi gelap yang begitu pekat. Lelaki itu menyetir mobil bak kesetanan. Tidak ada yang berbicara, bibir keduanya bungkam seribu bahasa dengan dada yang berdentam cepat.

Sekitar lebih dari tiga puluh menit, Ellard menghentikan mobilnya secara serampangan yang hampir saja menabrak para penjaga yang sedang berjaga disana. Saat Ara masih belum selesai dengan keterkejutannya, Ellard telah kembali menarik tangannya agar cepat keluar, membawa tubuhnya masuk ke dalam lift dan menekan lantai lima.

"El—Ellard—"

Ellard tidak menyahut, ekspresinya terlihat dingin dan kembali menyeret tangan Ara memasuki sebuah ruangan yang tak lain adalah kamar mereka. dengan debam menggelegar, pintu ditendang Ellard sekuat tenaga disusul tubuh Ara yang dihempaskan ke tengah ranjang.

Ellard dengan cepat menindih tubuhnya, mengunci segala bentuk perlawanan Ara yang hendak kabur. Mencengkram rahang Ara, melumat dengan kasar bibirnya tanpa ampun. Dia sama sekali tidak berbicara, tidak mengatakan apa-apa, tetapi Ellard yang seperti ini tidak Ara kenali sama sekali. Tidak ada kelembutan seolah tubuh tinggi yang menindihnya ini telah dirasuki iblis.

"El, lepas—kan!" Ara melawan, berusaha menghindari ciuman kasar Ellard. Namun sama sekali tak berhasil. Ara menangis, air matanya luruh. Isakannya sama sekali tidak di pedulikannya. Embusan nafas hangat Ellard menerpa tengkuk Ara yang berkeringat, dan helai rambutnya disingkirkan dan dikumpulkan ke satu sisi. Ellard menurunkan kepala, mencecap tengkuk Ara dengan deru nafas yang tersengal pelan. Ara kembali berusaha berontak saat Ellard membuka satu per satu kemeja navy-nya.

"Ellard, bukan seperti ini. Tolong, lepaskan, tolong... jangan seperti ini...," Ara memohon. Terus berusaha mendorong, memukul, menendang serampangan, tetapi tidak sedikit pun berhasil menghentikan menjamah tubuhnya disemua bagian. Ia kewalahan. Tubuhnya yang besar tak sedikit pun membantu untuk lolos dari serangan brutalnya.

"Ak—aku minta maaf... tolong maafkan aku...," isak Ara berharap suaminya akan luluh. Dia tahu darimana asal Lelaki ini begitu semurka ini. Kepergiannya yang tidak meminta ijin lebih dulu ditambah lagi dia pergi menghadiri acara seorang teman lelaki dan berpelukan disana, itulah penyebabnya. Ia melupakan satu hal, kenyataan bahwa Ellard adalah pria yang sangat possessive terhadap dirinya. Yah, suaminya itu pernah mengingatkannya untuk jangan sekalipun bersentuhan dengan lelaki lain.

Ellard menghentikan aksinya. Dia mengangkat wajahnya memandang Ara yang terguguh. Ellard menatapnya dalam diam.

"Aku minta maaf— aku tidak akan melakukannya lagi...," Ara bergetar. Dia sungguh ketakutan dengan sikap Ellard yang begini.

"Aku akan memaafkanmu—" Ellard mendekat, membisikkan kata yang membuat jantung Ara seolah berhenti berdetak, "...setelah kau memberikan hak-ku malam ini,"

"El—Ellard, aku mohon bukankah kita sudah sepakat tentang hal ini... sampai aku siap—"

"Persetan dengan itu Ara! Aku sudah memberimu kesempatan selama tiga bulan ini. Namun malam ini kau membuktikan betapa tidak berharganya aku sebagai suamimu. Bisa-bisanya kau pergi menemui lelaki lain tanpa seijinku. How dare you baby..." tekannya rendah

Mencintaimu itu SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang