Sepuluh

522 39 5
                                    

"Ayolah dad, ijinin Ara magang disini ya?" rengek Ara kesekian kali

Harris memijit pangkal hidungnya. Sakit kepala sejak tadi mendengar rengekan putrinya yang memaksa ingin magang di perusahaannya. Padahal sudah jelas Harris menolak permintaan Ara. Namun gadis itu bersikeras.

"Sekali daddy bilang tidak, ya tetap tidak. Perusahaan suami kamu jauh lebih besar, sebaiknya kamu magang disana,"

"Tidak! Ara enggak mau,"

"Kenapa? Apa dia tidak mengijinkanmu juga?"

"Bu—bukan tidak di ijinin. Yah... Ara gak mau aja,"

"Kalau gitu daddy juga gak bisa,"

"Daddy mana boleh begitu. Ara kan putrinya daddy, tanggung jawabnya daddy"

"Sudah tidak. Setelah kamu menikah, kamu sudah menjadi tanggung jawab suami kamu,"

"Daddy jahat ihh—" Ara merengek sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal

"Omaigattt dekk... jangan hentakin kaki gitu! Bisa rubuh nanti gedung ini," heboh Alex yang baru saja muncul dari balik pintu. Seperti biasa, nada suaranya selalu mendramatisir. Ingin rasanya Ara melempar kakaknya itu dengan buku yang sejak tadi dipegangnya, namun diurungkan ketika melihat lelaki yang berada disebelahnya. Ellard?

"Bodo!" dengus Ara mengerucutkan bibirnya sembari kembali duduk di sofa ruangan tersebut.

"Ck, sama sekali gak berubah," decak Alex

"Kalian berdua duduklah dulu," suruh Harris

Alex dan Ellard melangkah masuk. Alex duduk di single sofa, berhadapan dengan ayahnya. Sementara Ellard mengambil tempat disebelah istrinya yang masih cemberut.

"Bagaimana kerja sama dengan Mr. Douglas? kalian mendapatkannya?" tanya Harris

"Awalnya tua Bangka itu sempat menolak, tapi begitu melihat kedatangan menantumu dia berubah langsung setujuh. Ck, dasar penjilat" decih Alex masih kesal mengingat penolakan Mr. Douglas terhadap semua penawaran kerjasama yang diberikannya. Sebelum akhirnya merubah keputusannya setelah kedatangan Ellard, penguasa kerajaan bisnis tersebut. Terlebih saat itu Ellard mengenalkan dirinya adalah menantu dari keluarga Louis.

"Alex language," peringat Harris

"Itu kenyataannya dad,"

"sudahlah jangan diingat lagi. Yang penting kerjasama ini terjalin. Dan Ellard, terimakasih telah membantu meyakinkan Mr. Douglas," Harris tersenyum hangat pada menantunya yang sejak tadi hanya diam mendengar.

"Itu bukan apa-apa dad. Aku senang membantu keluargaku sendiri," balas Ellard tak kalah ramah

"Tapi ngomong-ngomong, kenapa muka boboho kita ini ditekuk gitu? Ellard tidak kasih kamu jatah ya" celetuk Alex mengerling nakal

Ara melototkan matanya. Bersiap-siap kali ini akan melempar buku yang dipegangnya namun lagi-lagi gagal karna Ellard lebih dulu mencekal tangannya dan melayangkan tatapan tajamnya hingga membuat dirinya menciut.

Melihat itu Alex terbahak.

"Rasain lu dek. Durhaka sama kakak. Jadi Kena sama suami sendiri kan, hahaha" Alex tertawa puas karna adiknya tidak bisa menyerang balik dirinya seperti biasa

"Alex—" tekan Harris

"Iya iya ahh," Alex berusaha meredam tawanya

"Emang kenapa kamu bisa disini?" kali ini Ellard yang bersuara. Bertanya langsung pada Ara yang tangannya masih dicekal.

"rindu daddy. Jadi main kesini," kilah Ara memalingkan wajahnya. Dirinya masih kesal pada suaminya itu. Pasalnya sejak Ellard bersikap dingin tidak jelas dengannya, lelaki itu seakan menghindarinya selama tiga hari ini.

Mencintaimu itu SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang