29

196 11 1
                                    




Rencana untuk check up bersama ke dokter kandungan terpaksa harus gagal karna tiba-tiba saja Ellard mendapat panggilan untuk mengikuti meeting mendadak di kantor. Rapat kali ini tidak bisa diwakilkan, mengingat kontrak kerjasama yang akan terjalin nanti bernilai jutaan dollar. Namun walaupun demikian, Ellard menyuruhnya untuk tetap pergi check up dengan diantarkan oleh sopir pribadinya.

Dan disinilah Ara berada— duduk di depan meja dokter yang saat ini masih menatap serius hasil dari serangkaian test yang baru saja selesai dia dilakukan. Ara memilin ujung kemejanya, kahwatir jika hasilnya kali ini pun kembali mengecewakan. Padahal sebelum berangkat kesini berulangkali dia membuat alasan agar tidak mengikuti check up hari ini. Tapi tetap saja Ellard enggan mendengarkan segala alasannya.

"Ba—bagaimana hasilnya, dok?" Ara terbata "Masih belum ada tanda-tanda, kan? Saya sudah berulangkali bilang sama suami, bahwa saya masih belum hamil. Karna dua minggu lalu saya telah melakukan tes di pagi hari dengan alat bantu testpack. Dan hasilnya... masih negatif"

Dokter itu melepaskan kacamatanya, tersenyum mendengarkan penjelasan Ara yang terlihat sangat putus asa.

"Selamat nyonya anda berhasil hamil. Usia kandungan anda sudah memasuki minggu ke-enam." Dokter mengulum senyum— mengabaikan penjelasan Ara sebelumnya

"A-apa? Maksud... maksud dokter?" seperti orang linglung, Ara mengerjap tidak yakin "Aku... hamil?"

Sekali lagi dokter tersebut tersenyum mengangguk. "Iya, nyonya. Anda hamil"

"Bagaimana... bisa? Sementara dua minggu lalu—" masih memandang dokter tidak yakin

"Mungkin bisa jadi anda terlalu cepat mengangkat tespack itu dari air seni anda sebelum waktunya. Atau anda langsung membuangnya sebelum mendapat hasilnya. Dan di beberapa kasus, ada juga garis samar yang nyaris tidak terlihat di dekat garis yang lebih jelas. Saya jamin, anda memang positif tengah berbadan dua sekarang"

Ara masih berusaha mengumpulkan kesadaran, ia terkejut sekaligus senang luar biasa. Tidak ada kata yang cukup baik untuk mendefinisikan kebahagiaannya sekarang. Tak lama. Ia mulai terisak, semakin hebat dan tak terkendali saat dokter menyerahkan foto USG ke tangan Ara— memandangnya dengan mata berair dan langsung mendekapnya di dada erat-erat.

"Ya, Tuhan... Aku hamil!" Ara menepuk perutnya sayang "sayang, bagaimana mungkin Mama tidak tahu kamu telah tumbuh dalam rahim Mama. Maaf, Mama telat mengetahui kehadiranmu." Kembali tetes bening itu meluncur jatuh. Senyuman terpeta di rautnya yang memancarkan kebahagiaan.

****

Sepanjang perjalanan senyum Ara tak sedetik pun pudar. Wajahnya berseri-seri sejak mengetahui dirinya hamil— tidak sabar ingin menyampaikan kabar menggembirakan ini pada Ellard, melihat bagaimana ekspresi terkejut suaminya itu nantinya. Namun senyum manis itu seketika memudar kala dirinya memasuki ruang tengah mansion dan mendapati Oma, Clarissa serta Ellard ada disana.

"Ara, kamu sudah pulang" Clarissa lah yang pertama kali menyadari kehadirannya dengan senyum mengembang.

"Ha-hai..." Ara terbata mengucapkan sapaannya. Matanya menatap nanar koper-koper yang masih berada diantara mereka

Sementara mata Ellard tak sedetik pun lepas menatap Ara yang telah digelayuti beratus pertanyaan. Wajahnya pias, jakun Ellard naik turun.

"Mulai sekarang Clarissa akan tinggal disini. Bersama kalian. Oma harap kamu tidak keberatan dan mulai membiasakan diri," ucap Oma ringan, tidak terpengaruh dengan suasana yang kini menegangkan.

"Clarissa... akan tinggal... di sini?" terputus-putus Ara menanyakan

"Iya, dia akan tinggal disini." Jawab Oma lantang "kamu keberatan?"

Mencintaimu itu SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang