Dua

720 61 7
                                    

"Ara cepatlah turun. Sebentar lagi mereka datang." Teriak andin dari bawah

"Iya mom" sahut Aurora

Malam ini adala pertemuan pertamanya dengan keluarga dari calon suaminya. Sekaligus pertemuan pertama dengan pria yang dijodohkan dengannya. Sejak tadi ara bergerak gelisah. Berputar-putar didalam kamar dan masih berharap kalau semua ini adalah mimpi. Namun teriakan menggema sang mama berhasil menyadarkan Aurora bahwa ini bukanlah mimipi konyol yang dia harapkan melainkan sebuah fakta.

"Tuhan, aku harus bagaimana? Aku belum siap. Kalau bole, bisakah Engkau mengagalkan semua ini?" Pintanya dengan pandangan menengadah keatas dan kedua tangan yang terjalin terlipat didepan dada.

"Ara... Cepatlah!" Teriak andin sekali lagi

"Ternyata tidak bisa ya..." lirihnya lesuh

Ara menghembuskan nafasnya kasar lalu berjalan gontai menuruni satu per satu anak tangga. Tepat saat kakinya berpijak diundakan tangga terakhir, tamu yang ditunggu-tunggu sudah muncul didepan pintu. Kedua orangtuanya menyambut ramah sang tamu.

"Ssttt.. ara sini" desis andin menginstruksi putrinya untuk turut mendekat menyambut tamu mereka.

Dengan gerakan lambat Aurora mendekat sambil menunduk. Dia tidak terlalu percaya diri untuk menatap calon keluarga barunya tersebut.

"Hey nak, kenapa menunduk begitu?" Holland memulai percakapan

Ara gugup mendengar suara berat pria tua yang masih terlihat gagah diusianya.

"A.. Ma..maaf paman..." Aurora terbata

Holland terkekeh "Tidak perlu meminta maaf. Dan satu lagi, mulai sekarang jangan panggil aku paman tapi daddy. Karna tidak lama lagi kau akan menjadi putriku juga."

"Ba..baik pama.. eh daddy"

"Gadis pintar" Holland tersenyum "astaga, daddy hampir lupa. Perkenalkan pria tampan ini Ellard O'Neil Miller putraku sekaligus calon suamimu" Holland menepuk bangga punggung tegap putranya.

Ellard tersenyum tipis dan menjulurkan tangannya kehadapan Aurora yang masih diam terpaku.

"Hai, senang bertemu denganmu," suara baritone Ellard menyapa gendang telinga Aurora.

Aurora termangu. Tanpa sadar matanya meneliti pria dihadapannya. Rahang tegas, mata tajam, alis lebat yang terukir rapih, hidung tinggi, bibir merah tipis, dan jangan lupakan bulu-bulu tipis disekitar rahang yang membuat pria itu terlihat sexy? Tingginya ara menebak sekitar 185 cm terlihat dari tubuh mungil ara yang hanya mencapai dada pria itu. Kulit eksotis dan lekukan otot yang sempurna yang tercetak dari balik kemeja putih yang digunakannya. Satu kata untuk pria dihadapannya ini Sempurna! Tuhan sepertinya sedang tersenyum waktu menciptakan pria ini.

Ara meneguk ludanya. Oh Tuhan... dia terlalu sempurna untuk menjadi pasanganku!

"Ara.." panggil andin menepuk pelan pundak putrinya guna menyadarkan.

"Ha?" cengoh ara mengerut kening menatap andin

"Ellard tungguin tu" andin menunjuk dengan dagunya kepada jabatan tangan ellard yang belum direspon.

"Oh, ma..maaf.. Aku Ara." Ara menjabat canggung uluran tangan ellard yang masih setia tersenyum.

"Ah, sebaiknya kita lanjutkan perbincangan ini didalam. Silahkan Tuan Holland dan nak Ellard" seru harris mengajak tamu istimewanya itu masuk kedalam ruang keluarga.

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mencintaimu itu SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang