Dua Belas

446 39 3
                                    

"Kenapa oma bersikap acuh pada istriku?" tanya Ellard tanpa berbasa basi

Pagi ini ia bergegas pulang ke rumah orangtuanya seusai mengantar Ara lebih dahulu ke perusahaan. Gadis itu tidak tahu kedatangannya kerumah ini. Hatinya masih kesal dengan sikap omanya yang begitu terang-terangan tidak menganggap kehadiran istrinya. Sepanjang makan semalam Ara diacuhkan seperti tak kasat mata. Memang gadis itu memasang wajah tampak biasa, tidak merasa terganggu dan terus menekuni makannya. Tapi Ellard tahu istrinya itu pasti terluka. Sementara didepan mereka Oma asik bercengkrama dengan clarissa, membuat dirinya semakin geram.

"Karna oma tidak suka," sahut oma teramat santai sambil meneguk teh hijaunya

"Kenapa?"

"Dia tidak sesuai denganmu," Oma menatap lekat Ellard "Kau cucu yang oma bangga-banggakan. Dalam segala hal kau sempurna. Dan sudah sepatutnya bersanding dengan gadis yang sempurna juga. Sementara gadis itu-" oma menjeda

Sorot mata Ellard menatap dingin. Rahangnya mengetat namun dia tetap diam, menunggu oma menyelesaikan penilaiannya.

"Dia sama sekali tidak cocok. Mulai dari bentuk tubuh, dia gendut. Tidak tahu cara berpenampilan elegan seperti istri para pengusaha lainnya. Bahkan dia masih kuliah dan prestasinya biasa-biasa saja. Skill, dia tidak memiliki kemampuan yang bisa menunjang layak berdiri disampingmu, lalu jika kau membawanya ke salah satu pertemuan kolega bisnismu, apa yang bisa kau banggakan di depan mereka? nyaris tidak ada Ellard. Sekilas oma juga bisa melihat sikapnya yang masih gagap ketika berhadapan dengan orang-orang besar lainnya. Bagi oma Clarissa lebih pantas menjadi istrimu" cecar oma

Ellard diam sejenak. Menundukkan wajahnya yang mulai memerah. Buku-buku jarinya memutih. Percayalah emosinya sudah diubun-ubun saat mendengar semua penilaian mencemooh oma terhadap istrinya. Astaga, jika saja yang mengatakan semua kalimat itu bukan omanya sendiri, dia pasti sudah sejak tadi menghancurkan orang itu.

"Sudah oma?" tanyanya rendah setelah berhasil menahan gejolak emosinya

Oma tidak menjawab melainkan mengangkat dagu memandang cucunya.

"Dengar oma, aku tidak peduli dengan itu semua. Persetan dengan penilaian orang-orang! Aurora adalah istriku. Gadis yang kupilih sejak awal. Aku menikahinya tidak untuk dipamerkan ke orang-orang dan dia tidak perlu sempurna. Dia hanya perlu tetap disisiku, menjadi ibu dari anak-anakku sampai kematian yang memisahkan kami. Jangan pernah membandingkannya dengan wanita manapun termasuk Clarissa. Karna aku mencintainya oma..." diakhir kalimat suara Ellard mengecil. Kecewa dengan sang oma yang selama ini sangat dihormatinya.

"Sampai kapanpun Oma tidak menganggap dia menjadi cucu menantu dikeluarga ini. Dia sama sekali tidak pantas Ellard!" berang Oma, suaranya meninggi dan tatapannya tak kalah menyorot tajam

Ellard bangkit dari duduknya

"Terserah apa kata oma. Bagiku selamanya dia akan tetap menyandang status nyonya Miller dikeluarga kita. Aku pamit oma," putus Ellard segera melangkah keluar, tidak ingin emosinya semakin tersulut dan sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

"ELLARD O'NEILL MILLER! BERHENTI, OMA BELUM SELESAI!!" gelegar oma. Pundaknya naik turun.

Ellard menulikan pendengarannya, dia terus berjalan keluar tanpa menoleh kebelakang sedikit pun. Bahkan ketika berpapasan dengan ayahnya, dia tetap melangkah dengan rahang mengeras hingga membuat Holland menatapnya bingung. Tidak biasanya putranya itu menampilkan ekspresi sekeras itu.

"Ada apa ini ma?" tanya Holland to the point. Pria parubaya itu baru kembali dari perjalanan bisnisnya

Oma memegang dadanya yang sempat berdenyut sakit, dia memiliki riwayat penyakit jantung. Mengatur nafasnya perlahan hingga berangsur tenang. Oma kembali mendudukkan dirinya.

Mencintaimu itu SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang