32

371 17 3
                                    

Ellard sedang memeriksa dokumen-dokumennya di meja kerja yang ada di kamarnya. Ellard benar-benar sangat sibuk. Selama empat tahun ini, semakin hari pekerjaannya semakin banyak. Hal tersebut benar-benar menguras tenaga dan pikirannya. Namun Ellard sangat bersyukur dengan kesibukannya, ia sedikit melupakan masalah pribadinya yang begitu menyiksa.

Selama empat tahun ia telah mengerahkan kemampuan dan kekuasaannya untuk mencari keberadaan Aurora tapi semuanya nihil. Ayahnya ternyata sangat pandai menyembunyikan menantunya itu. Aurora benar-benar menghilang tanpa jejak. Beberapa tahun ini juga Ellard sudah berkunjung ke beberapa Negara yang memungkinkan Aurora berada disana, namun hasilnya masih saja tetap sama. Nihil. Bahkan keluarga Aurora sekalipun tidak ada yang mengetahui keberadaan putri mereka. Ellard sangat tidak menyangka, Ayahnya bisa sedetail itu menyembunyikan Aurora.

Berulangkali ia sudah membujuk Ayahnya untuk memberitahu dimana keberadaan istrinya, tapi Holland masih enggan memberitahunya— sekalipun Clarissa sudah lama tiada.

BRAKKK

Hentakan keras pada pintu ruang kerjanya berhasil membuyarkan fokus Ellard pada dokumen yang sedang dibacanya. Mendongak— senyumnya langsung terbit begitu mengetahui pelaku pembuat kegaduhan itu. Little Princess-nya. Clara Veronica Miller. Putri kecilnya itu tengah berdiri di ambang pintu, memakai piyama tidur dengan sebuah boneka Teddy ditangannya. Mata dan hidung gadis itu memerah. Menangis?

"Papa!!" teriak Clara dengan bahu yang naik turun dan bibir yang ditekuk.

"Hai, princess Papa," kekeh Ellard, ia bangkit dan mengitari meja. Menghampiri Princess kecilnya yang lagi-lagi pasti merajuk karna meninggalkannya saat tertidur tadi. Ellard merendahkan tubuhnya lalu mengangkat tubuh kecil itu kedalam gendongannya.

"What's wrong my princess? Kenapa nangis, huh?" tanya Ellard sambil menyeka lembut jejak airmata putrinya.

"Papa bohong!"

"Bohong?"

"Papa uda janji enggak tinggalin Cla, tapi Papa malah pergi," rengek Clara sambil meninju pelan wajah Ellard.

Ellard terkekeh dan menciumi gemas pipi gembul putrinya. "I'm sorry, Princess. Papa lagi banyak kerja nih. Princess Papa bobo lagi ya"

"Cla, enggak mau bobo sendiri. Papa harus temani,"

"Terus, kerjaan Papa gimana dong?"

"Ya ditinggalin. Papa bobo sama Cla!" tangis Clara semakin kencang

Ellard menghela nafas, "Ok, ok.. kita bobo. Tapi janji enggak nangis lagi, hm?" bujuk Ellard seraya mengecup pipi Clara

Tangis Clara langsung berhenti. Bocah kecil itu menganggukkan kepala cepat.

"Good girl. Then, let's sleep with Papa" seru Ellard, menciumi gemas puncak kepala Clara sembari mulai menghela langkah keluar menujuh kamar tidur putrinya.

Ellard membaringkan tubuh kecil Clara ditengah ranjang, kemudian ikut merebahkan diri disampingnya dengan selimut yang ditarik hingga ke leher gadis kecilnya. Ellard memiringkan tubuhnya dan mulai menepuk-nepuk pelan punggung gadis kecilnya.

"Papa..."

Ellard menurunkan tatapannya "Hm?"

"I want to hug Mum's photo" gumam Clara, menatap sayu Ellard. Bocah itu sudah hampir tertidur.

"Photo?" beo Ellard

Clara mengangguk. Tanpa menoleh, tangannya di arahkan ke nakas yang terdapat bingkai foto. "There Papa. Give me..."

Ellard tertegun, menatap nanar foto yang dimaksudkan putrinya. Potret yang ada dalam bingkai itu merupakan sosok wanita cantik dengan senyum yang mereka indah, tengah menatap camera. Begitu anggun. Sosok yang sudah lama sangat dirindukannya mati-matian. Aurora. Istri kesayangannya.

Mencintaimu itu SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang