Dua puluh dua

411 37 2
                                    

Olaa... apa kabar kalian??
Lama ya?? Hehe, sorry ya, minggu kemarin aku sibuk banget 😅

HAPPY READING
.
.
.

Mobil melaju membela jalanan raya
yang masih di padati oleh banyaknya kendaraan. Sepanjang perjalanan tidak ada
yang bersuara, hening memeluk suasana. Sesekali, Ara menoleh untuk meihat
Ellard yang sejak tadi hanya menatap lurus jalanan di depannya. Ara tidak tahu
kenapa Ellard tiba-tiba jadi diam begini. Biasanya lelaki itu akan terus
mengajaknya berbicara, melontarkan pembahasan apa saja dengan  sebelah tangannya yang  terus memainkan jemari Ara.

“apa saja yang mama katakan tadi
ditelepon?” Ara membuka suara, “sepertinya tadi kamu lama sekali menjawab
panggilan mama”

“Cuma minta kita datang kerumah. Selebihnya
panggilan dari Blake” sahut Ellard, masih enggan menoleh ke arahnya.

“Oh,” Ara mengangguk pelan “Oya,
apa kamu tahu, anak-anak tadi pada heran gitu sama aku. Kata mereka, bagaimana
bisa  kamu dapat predikat cum laude? Sementara
kan selama ini IP kamu itu biasa-biasa aja?” Ara berceloteh garing— mengulang
ucapan teman-temannya tadi “Haha, sayang sekali— mereka enggak tahu aja kalo
tiap malam aku diajarin sama pakarnya langsung. Kalo enggak, mana mungkin aku
bisa dapat nilai sebagus itu” lanjutnya seraya terkekeh sendiri.

Ditengah kekehannya, Ara menunggu
respon atau sahutan dari lelaki disebelahnya, namun naas, Ellard masih tetap
fokus memandang ke depan, tidak terusik sama sekali. Ara menggigit bibir bagian
dalamnya. Usaha untuk menarik perhatian suaminya sama sekali tidak berhasil.
Ara berdehem, membenarkan posisi duduknya dan segera menahan bunga yang hampir
jatuh dari pangkuannya akibat pergerakan tersebut.

Ellard melirik dari sudut matanya
“bunga dari siapa?”

“Ha?” Ara cengoh, ia menoleh ke
samping “kamu bilang apa tadi?”

“Bunga dari siapa?” ulang Ellard,
sembari memelankan lajuan mobil saat mereka sudah memasuki komplek

Ara menatap satu-satunya buket
bunga yang berada dalam pangkuannya, sedang buket bunga dan hadia yang lain
berada di jok belakang. Senyumnya terbit ketika mengingat sosok yang memberikan
bunga tersebut. Dulu, ia yang meminta pada Leo untuk memberinya sebuket bunga
mawar merah cantik pada hari kelulusannya kelak.

“Oh, ini dari kak Leo tadi” sahut
Ara riang

Ada jedah sebelum Ellard
mengulurkan tangannya ke hadapan Ara

“Coba lihat” pintanya

Ara menurut, menyerahkan buket
bunga tersebut ke tangan suaminya. Ellard menatap bunga itu sekilas sebelum kemudian
ia tersenyum miring. Didetik selanjutnya jendela mobil terbuka dan tanpa
babibu, dia melemparkan bunga tersebut keluar tanpa perasaan. Ara membulatkan
matanya

“El… kenapa dibuang?!” pekik Ara,
menatap tidak percaya raut santai Ellard yang kembali fokus menatap jalanan di
depannya.

“Nanti akan kubelikan yang lebih
bagus dari itu” ucapnya ringan

“Ellard..” Ara mengerang “itu
pemberian kak Leo, tidak seharusnya kamu membuangnya tanpa perasaan begitu”

“Justru karna bunga itu dari dia—
aku enggak suka”

“kenapa? Kamu cemburu lagi?” Ara
memicingkan matanya. Sedikit tersulut.

Ellard akhirnya menghadapnya.
Mobil berhenti tepat di depan gerbang rumah Ara.

“Iya. Aku cemburu” jawabnya
dingin

Ara memejamkan matanya.
Menetralisir kedongkolan yang mulai memuncak. Kecemburuan suaminya ini sudah
tidak masuk akal.

Mencintaimu itu SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang