Love yahh
HAPPY READING
.
.
.
Di dalam mobil, Ellard melingkupkan kepala pada setir kemudi. Pukul satu malam, mobilnya baru berhenti di spot parkir mansion. Lima belas menit dia dalam keadaan begitu. Kepalanya terasa berat akibat meminum sampanye berkadar tinggi. Ia baru saja kembali dari pesta perayaan ulang tahunnya yang diadakan di salah satu club yang ia sewa mendadak untuk meyambut teman-temannya. Selama menemani Oma dan Clarissa berbelanja tadi, secara diam-diam gadis itu telah mengatur rencana ini. Ia mengumumkan pada semua teman semasa kuliahnya dulu jika dirinya akan mengadakan night party. Ellard hanya bisa menghela nafas, lagi-lagi Clarissa bertindak semaunya.
Ellard keluar dari mobil, menghela langkahnya yang sedikit sempoyongan ketika memasuki rumah.
"Anda baru pulang tuan?" Bi desi yang membuka pintu
Ellard menggangguk, tersenyum kecil. "Istriku sudah tidur?" tanyanya sambil memijat kepala yang masih terasa sakit
"Sepertinya sudah tuan" Bi Desi menjawab ragu. Tadi ia memang melihat Ara masuk kedalam kamar, tapi sewaktu melintasi kamar mereka, samar-samar ia mendengar isakan tertahan dari dalam kamar.
"Baiklah, kalau begitu saya ke kamar" pamit Ellard
"Tuan— sejak tadi nona menunggu anda pulang. Beliau duduk diluar selama empat jam" Bi Desi berucap pelan
Langkah Ellard seketika terhenti. Ia membalikkan badan, "menungguku?" dahinya mengernyit
Bi Desi mengangguk. "Seharian kemarin nona memasak banyak makanan dan menghias gazebo belakang. Nona bilang katanya tuan ulang tahun. Jadi beliau mempersiapkan kejutan kecil untuk merayakan ulang tahun anda bersama,"
"A-apa?" Ellard terbata. Lidahnya terasa keluh. Tidak pernah menyangka jika Ara ternyata mengingat ulang tahunnya.
"Nona juga sejak tadi sudah berusaha menghubungi anda tapi tidak aktif" Bi Desi menceritakan semuanya.
Ellard membulatkan mata, baru sadar jika sejak tadi siang ia tidak ada mengecek ponselnya. Dengan cepat ia segera mengambil benda pipih itu dari dalam saku. Lowbat. Pantas saja ia tidak mendapat panggilan apapun. Ponselnya mati total.
Sial!
Tanpa mengucap sepatah kata pun lagi, Ellard langsung memasuki lift menujuh kamar mereka. Saat pintu dibuka, suasana tamaran rdi dalam kamar menyambutnya. Penerangan hanya berasal dari lampu kamar tidur, sementara diatas kasur, Aurora terbaring tidur menyamping. Pelan, ia melangkah masuk— menaiki kasur dan langsung membaringkan tubuh disamping Ara. Perlahan, ia membalikkan tubuh Ara ke arahnya. Jantungnya seperti jatuh ke perut saat mendapati jejak air mata di wajah mungil istrinya. Hidung Ara merah, matanya bengkak. Astaga, jangan bilang kalau sejak tadi wanitanya ini menangis?
Ellard mendekatkan wajahnya, dengan perasaan campur aduk ia mengecup kedua mata Ara yang tertutup bergantian, lalu menghisap bibir ranumnya. Seperti godam yang menghantam, ia merasa perih ketika untuk kedua kalinya setelah tiga bulan tidak bertemu, Ara-nya kembali menangis— dan itu semua karna dirinya.
Ellard merapatkan tubuh mereka hingga tidak berjarak. Tangannya merangkul erat pinggang istrinya, sementara kepalanya ia rebahkan pada ceruk leher Ara.
"Maafkan aku sayang. Maaf" Ellard bergumam parau. Ia menangis tanpa suara disana. Sungguh ia tidak tahan berlama-lama mendiamkan Ara begini. Baru sehari, tapi ia sudah tidak sanggup. Pikirannya kacau, apapun yang dilakukannya terasa memuakkan. Bahkan saat di club tadi, ia sama sekali tidak menikmatinya. Wanitanya ini telah berhasil mengambil seluruh semangat hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu itu Sakit
RomanceMempunyai bobot tubuh yang overweight membuat Aurora sering mengalami perundungan dimanapun dia berada. Hal ini juga kerap kali membuatnya tidak percaya diri. Gadis manja, doyan makan tapi tidak tahu memasak itu juga memendam perasaan pada sahabat...