Delapan

552 40 2
                                    

Sreekkkk

Ellard mengerang pelan ketika pantulan sinar matahari pagi langsung mengenai kelopak matanya karna Ara yang membuka gorden jendela kamar lebar-lebar. Namun karna masih ngantuk, Ellard memutar posisi tubuhnya jadi menelungkup, memeluk erat guling.

Melihat itu Ara mengeleng-geleng kepala. Oh ayolah, ini sudah pukul tujuh pagi. Namun suaminya itu dengan santainya masih bergelung nikmat dibawah selimut.

"Ellard bangun,"

"Lima belas menit lagi sayang," masih terpejam, enggan membuka mata

"Ck, ini uda jam tujuh. Kamu bilang kemarin ada meeting penting pagi ini"

"Tidak masalah. Aku bos-nya sayang,"

"Tidak bisa begitu. Ayo bangun!" Ara mengguncang bahu telanjang Ellard. Namun nihil. Lelaki itu tak kunjung bergerak.

Ara membuang nafasnya kasar
"Ya sudah terserah kau saja. Aku mau berangkat kuliah," putus Ara menyerah.

Namun baru hendak bangkit, tubuh Ara terhuyung jatuh tepat diatas ranjang akibat tarikan kuat Ellard pada tangannya.

"Ellarddd" Ara memekik

Ellard memerangkap dan mengunci pergerakannya. Maniknya bertemu langsung dengan Ara yang masih mengatur nafas karna terkejut.

"Mulai tidak sopan dengan suami eh? Panggil apa tadi? Ellard, kau?" Ellard memicingkan matanya tidak suka

Ara menyengir, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"Bu—bukan begitu. Tad-tadi aku hanya refleks mengucapkannya. Habisnya sa—sayang gak mau bangun. Jadi aku kesal," Ara mengerucutkan bibirnya pura-pura kesal demi mencari aman

"Kau tahu peraturannya kan sayang. Setiap kali salah mengucap maka ada hukumannya"

"Hehe, sayang jangan begitu dong. Ayo cepetan mandi, nanti sayang terlambat lho," Ara berusaha mengalihkan topic

"Tsk, tidak semudah itu sayangku. Kau harus mendapatkan hukumanmu lebih dahulu." Ellard mulai mengusap bibir bawah Ara dengan ibu jarinya

Si mesum maniak ini!

Ellard menghembus pelan wajah Ara sebelum kemudian menyatukan dahi mereka.

"Kiss me. That's your punishment" bisiknya

Ara sudah menduga. Ujung-ujungnya suami mesumnya ini pasti akan meminta hal yang satu itu lagi. Selama di Maldavis, bibir lelaki itu tidak akan pernah diam sehari saja untuk tidak menyentuhnya. Menempelinya bak perangko. Dan Ara mulai terbiasa dengan itu. Tapi tenanglah, mesumnya Ellard hanya sebatas itu saja. Tidak sampai melanjutkan ke hal yang lebih intim. Ellard menghormati keputusannya dan tidak menyentuhnya selama dirinya belum bersedia. Mengingat hal itu hati Ara menghangat, sangat bersyukur mendapatkan suami yang begitu memperhatikan kenyamanannya.

Tangan Ara merangkul leher Ellard. Kemudian dengan lembut menyatukan bibir keduanya. Melumat dan menyesap bibir Ellard yang disambut antusias. Lelaki itu membuka mulutnya memberikan akses bagi Ara untuk menelusupkan lidahnya masuk berperang melawan lidah Ellard. French kiss. Jangan tanya bagaimana Ara bisa menjadi selihai ini sekarang. Salahkan saja suami mesumnya itu yang mengajarkan untuk melakukan itu. Tapi tetap dengan catatan, hanya bisa melakukan hal tersebut dengan dirinya. Tidak boleh ada lelaki lain.

****

"Belajar yang benar sayang. Jangan nakal" titah Ellard mencubit gemas pipi chubby Ara yang sejak tadi manyun.

"iih sakit tahu—" gerutu Ara mengusap bekas cubitan Ellard yang sebenarnya tidak sakit.

"Uda dong jangan cemberut gitu. Hilang cantiknya tuh" telunjuknya menoel-noel pipi Ara

Mencintaimu itu SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang