EXTRA PART II

8K 419 70
                                    


Gak tau kalian seneng atau enggak, aku mau kasih EP ini pokoknya 😂 Tolong bersabar ya menunggu Zahra & Rakha 2, ada hal-hal yang perlu aku selesain.

Yang mau gabung GC link ada di bio akun wattpad aku ini ya puspasetyaa_

Yang mau gabung GC link ada di bio akun wattpad aku ini ya puspasetyaa_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tiga bulan sudah Zahra bekerja di rumah sakit milik keluarga Dirgantara. Dia menjalaninya dengan penuh suka cita. Berkenalan dengan rekan baru, dan bertemu beragam pasien yang ada di rumah sakit.

Baru saja hendak membuka jas dokter berwarna putih yang sedari tadi dipakainya, suara Seryn lebih dulu menginterupsi dari pintu yang terbuka.

"D-dokter," panggilnya dengan napas tak beraturan.

"Kenapa?" Zahra bertanya ikut panik.

"Kak Rakha kecelakaan, ambulance segera datang ke rumah sakit. Ayo!"

Zahra tertegun mendengarnya. Ketika suara Seryn kembali terdengar, perempuan itu segera bergegas mengikuti langkah Seryn menuju pintu utama rumah sakit. Di sana mobil ambulance baru saja datang, pasien pun segera di turunkan.

Zahra langsung mendekat. Dia menggigit bibir bawahnya saat melihat Rakha terbaring pucat di ranjang dengan darah mengalir di kepalanya. Lelaki itu masih membuka matanya dan kini melihat ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Zahra dengan nada pelan dan bergetar.

Dia memang tidak mau bertemu dengan Rakha lagi. Kalaupun bertemu, bukan dalam keadaan yang seperti ini.

"Dok, tekanan darahnya 90/50," ucap sang petugas ambulance.

"Ayo bawa ke ruang darurat," instruksi Dokter Arsen, ayahnya Arga. Beliau baru saja datang ketika mendapat kabar dari putranya.

Zahra ikut mendorong brankar menuju ruang darurat. Dengan mata sayunya Rakha bisa melihat raut cemas yang terpancar dari wajah Zahra. Perempuan ini mengkhawatirkan dirinya. Dengan tenaga yang masih tersisa, Rakha menggamit tangan kiri Zahra untuk dia genggam.

"Kepalanya terus mengeluarkan darah, Dok," kata Zahra.

"Dokter Zahra lebih baik tidak usah ikut, biar saya dan tim saja," ucap Dokter Arsen membuat Zahra menggelengkan kepalanya.

"Dia akan baik-baik saja." Seryn mengusap bahu Zahra dengan lembut. Bermaksud menenangkan. Alhasil, Zahra menurut. Namun sebelum keluar, dia balas menggenggam tangan Rakha yang sejak tadi tidak melepaskan tautan itu.

"Kamu pasti bisa," ucap Zahra memberikan senyumnya. Setelah itu dia melepaskan genggamannya dan keluar dari sana. Menyerahkan semua pada tim medis dan Allah. Dia yakin Rakha bisa melewati semua ini.

Zahra terduduk sendirian di bangku tunggu yang ada di depan ruang darurat. Perempuan itu menutup wajahnya dengan kedua tangan, sampai akhirnya dia menoleh saat suara derap langkah kaki mendekat.

Zahra & RakhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang