Part 31

8.1K 590 83
                                    

Selamat hari minggu, buat kamu yang betah menunggu.

Jangan lupa, vote, coment and share! Happy reading...

***

Life must go on.
---Vino (If You Know When)---

"Kha," panggil Zahra.

"Hm, kenapa?" Rakha menoleh. Menjadikan Zahra sebagai pusat perhatiannya sekarang.

"Ih, kenapa liatin gitu!" sebal Zahra mengundang tawa dari Rakha. "aku Cuma mau nanya, ini bener nggak?" lanjut Zahra. Cewek itu menyodorkan bukunya pada Rakha.

Rakha mengambil buku kimia yang Zahra berikan padanya. Dia melihat jawaban Zahra yang sudah benar. "bener semua ini, pinter kamu," puji Rakha, mengusap puncak kepala Zahra dengan lembut.

Sepasang kekasih itu sedang belajar bersama. Bukan di rumah Zahra, tapi di salah satu Café favorit Rakha bersama Tama dkk berkumpul. Sebenarnya tidak ada niat ingin belajar disini, tapi karena rumah Zahra yang sepi, Rakha berisiatif untuk mengajaknya belajar di luar saja. Lumayan, sekalian pacaran, pikirnya.

"Yang ngajarin aku lebih pinter," puji Zahra dengan tersenyum lebar.

"Pacar siapa?" tanya Rakha, menggoda.

"Pacar aku," jawab Zahra menahan malu. Cewek itu sampai memalingkan muka setelah mengatakan kalimat sakral itu.

Bagi orang mungkin itu kalimat biasa. Tapi bagi Zahra, itu adalah kalimat memalukan yang untuk pertama kalinya dia ucapkan. Karena sebelumnya dia belum pernah berpacaran dan hanya mendengar dari film yang dia tonton. Dan sekarang, dia harus membiasakan untuk mengucapkannya kalau Rakha bertanya. Meskipun itu memalukan baginya.

"Kok nggemesin sih," ujar Rakha mengacak surai hitam Zahra.

"Ih, berantakan tau!" sewot Zahra. Dia menjauhkan tangan Rakha dari kepalanya.

"Minum dulu milkshake nya. Dari setengah jam yang lalu belum kamu sentuh," titah Rakha.

Cewek itu menurut. Diambilnya milkshake kesukaannya itu lalu mengabiskannya hingga tandas. Sepertinya dia benar-benar kehausan.

"Stop dulu belajarnya, ya. Dari tadi kamu serius bener, sampe aku sendiri nggak kamu lirik," ujar Rakha.

Setelah status mereka menjadi sepasang kekasih. Rakha seringkali bersikap manis pada Zahra. Cowok itu bawel juga ternyata. Beda dengan sikap yang selalu dia tunjukan di depan banyak orang. Dan Zahra juga tahu salah satu alasan dibalik sikap pacarnya itu.

"Rakha?" panggil Zahra.

"Kenapa?"

"Kamu nggak mau ajak aku temuin dia?" tanya Zahra, pelan. Mendengar Zahra bertanya seperti itu, Rakha jadi ingat. Dia janji akan menceritakan dan mengajak Zahra untuk mengunjungi seseorang.

"Kalau mau sekarang bisa. Tapi kamu yakin belajarnya udahan?" Rakha hanya takut menganggu kegiatan belajar Zahra, meski bukan di sekolah. Mereka tidak bisa mengganggap tidak belajar itu hal biasa, karena sebentar lagi ujian kenaikan kelas 12 sudah dekat. Dan Rakha tidak mau menyia-nyiakan hal itu.

"Sekarang aja. Belajarnya udahan dulu, kan kita sering belajar bareng. Gak bakal rugi kok kalau kita luangin waktu sebentar hanya untuk hal lain," ujar Zahra.

"Oke kalau gitu. Beresin dulu buku-bukunya." Cewek itu mengangguk semangat. Dimasukannya semua peralatan belajarnya kedalam tas. Dia beranjak kemudian memakai tasnya.

"Ayo," ajak Zahra. Mengulurkan tangannya pada Rakha.

Semalam Rakha sudah menceritakan semuanya pada Zahra. Cowok itu ingin datang ke rumahnya, tapi dia larang. Alhasil, Rakha menceritakannya via telpon. Tentang dia yang pernah berpacaran, ditinggal pacarnya untuk selamanya dan alasan sikap Rakha kepada semua orang. Rakha benar-benar menceritakannya, tidak ada yang dia tutup-tutupi lagi. Karena dalam suatu hubungan, harus ada timbal balik, yaitu kepercayaan dan keterbukaan. Meski baru berpacaran dengan Zahra, Rakha tidak bisa menyembunyikan apa yang pernah dialaminya bersama orang lain dari pasangannya. Baginya, hal itu penting.

Zahra & RakhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang