Part 44

8.9K 452 48
                                    

Putar lagu di atas biar adem💙

Bacanya pelan-pelan biar ngerti.

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya karena ini adalah part terakhir. Share ke temeen-temen kalian biar bacanya gak sendirian. Oke?

Happy reading💙

***

Suasana mendung saat ini mengiringi pemakaman Laras. Pukul 16.00 WIB, kemarin Laras menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit Perdana Kusuma.

Terasa begitu cepat waktu berjalan, padahal dua minggu yang lalu cewek itu kembali ke tempat kelahirannya. Sempat membuat heboh--karena putri Arya Leksmana tiba-tiba kembali--setelah dinyatakan meninggal. Padahal, yang pergi lebih dulu adalah Saras, bukan Laras. Kedua anak itu memang memiliki 90% kesamaan, yang mungkin kalau keduanya bersama akan sulit untuk dibedakan.

Arvin berdiri di dekat Andini yang menangis dalam rangkulan suaminya. Sulit bagi wanita itu menerima kenyataan bahwa kedua putri kesayangannya pergi dari kehidupan untuk selamanya. Padahal, dia belum menjalankan peran sebagai ibu yang baik untuk Saras ataupun Laras. Tapi takdir berkata lain.

Rakha sendiri bergeming di tempat dengan Zahra yang berdiri di sebelahnya. Ayla berada dalam rangkulan Rani. Dion, cowok itu juga merasakan hal yang sama. Hampir dua tahun yang lalu mereka harus menerima jika Laras yang ternyata adalah Saras, pergi meninggalkan mereka. Dan kali ini, cewek itu benar-benar pergi. 

Setelah acara pemakaman selesai, satu-persatu orang pergi setelah mengucapkan kalimat duka pada Arya dan Andini. Dion mengajak Arvin pergi, tapi kapten basket SMA Bintang itu masih terdiam. Menatap sendu pusara Laras.

Rakha menghela napasnya. Cowok itu melihat Zahra yang berdiri di sampingnya. Tanpa mengucap sepatah kata, Rakha mengambil tangan Zahra. Menggenggamnya erat. Sedikit terkejut, Zahra melihat tangannya lalu melihat Rakha yang tersenyum tipis.

Zahra melihat sorot mata Rakha yang merasakan kehilangan. Walaupun tak menunjukan, tapi Zahra tahu hal itu. Dirinya pun merasakan walau baru bertemu dengan Laras. Karena pada kenyataannya, takdir berkata lain.

Setelah berpamitan pada keluarga Laras. Rakha mengantar Zahra pulang ke rumah. Dan sepanjang perjalanan, cowok itu tidak bicara sedikit pun. Kendati mengajak Zahra untuk tertawa.

"Istirahat ya," ujar Rakha, mengelus rambut Zahra dengan sayang.

"Kamu juga, Kha." balas Zahra.

Keduanya sama-sama memandang dalam diam. Satu dengan sorot penasaran dan satunya dengan sorot kehilangan. Meski sedikit.

"Gimana perasaan kamu?" tanya Zahra akhirnya. Dia tidak bisa berdiam diri, dia ingin tahu bagaimana perasaan pacarnya itu.

Rakha tersenyum miring. "Biasa aja."

"Yakin?" Rakha mengangguk.

Menghela napas, Rakha kembali berujar, "pada akhirnya, kita semua akan merasakan yang namanya perpisahan. Cepat atau lambat. Tak peduli betapa pentingnya orang yang meninggalkan kita itu.

"Dan.. ini bukan yang pertama Ra. Jadi, gak perlu kan aku balik kayak dulu? Aku ikhlas kalau Laras pergi. Lagipula, aku harus jaga kamu yang ada sama aku saat ini." jelas Rakha.

Zahra & RakhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang