Part 2

15.6K 1K 34
                                    

Happy reading 💙
Jangan lupa vote, coment and share!

***

Di pojok kantin, Rakha dan kedua temannya sedang menikmati siomay dan es teh yang mereka pesan saat datang ke kantin tadi.

"Cewek lo udah deket aja sama anak baru.," celetuk Arvin. Membuat Dion melihat Rani yang sedang tertawa bersama Zahra dan Ayla.

"Tau sendiri lah, Rani kan anaknya humble," kata Dion, menegakkan bahunya. Tangannya mengambil segelas es teh yang masih setengah.

"Lo kenapa diem aja, Kha?" tanya Arvin, melihat Rakha yang hanya diam saja sambil memainkan ponselnya. Cowok itu menatap Arvin dengan alis terangkat satu.

"Anak baru, cantik lagi. Lo nggak mau deketin dia?" tanya Arvin. Dan seperti biasa, Rakha hanya mengendikkan bahunya. Cowok itu selalu acuh tak acuh. Tak peduli seberapa banyak perempuan yang kedua sahabatnya jodohkan padanya. Dia akan menolak.

"Bener kata Arvin. Kenapa nggak lo deketin. Eh, udah deket juga sih, kan sebangku," ucap Dion.

Keduanya menunggu apa yang akan Rakha katakan. Tapi, cowok itu masih sama. Diam dan tidak mengeluarkan pendapatnya.

"Gue mau beli air mineral," ucap Arvin beranjak dari duduknya. Dion tahu, Arvin pasti tidak akan kembali. Lagian, makananya sudah habis lebih dulu.

Dion menatap iba pada Rakha. Dia tidak mau kasihan, karena masa lalu membuat Rakha sedikit berubah. Dion ingin Rakha kembali menjadi yang dulu, orang yang asik bukan seperti ini dingin, cuek, pendiam, berbicara seperlunya dan mudah terpancing emosi. Memang dari sananya Rakha itu cuek, tapi tidak seperti ini juga.

Selama ini, telah banyak perempuan yang sengaja Dion dekatkan pada Rakha. Tapi, Rakha? Dengan terang-terangan menolak dan membuat hati para perempuan sakit. Menurutnya, Rakha terlalu bodoh dengan bersikap seperti yang ia lakukan sekarang. Dia telah melewatkan orang-orang yang berada di sekelilingnya. Melewatkan orang-orang yang diam-diam perhatian kepadanya. Apa salahnya untuk memulai semuanya dari awal? masih banyak orang lain yang berhak untuk mengisi hatinya, seperti mantan kekasihnya.

Dion mengembuskan napas beratnya. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Mungkin, Arvin juga lelah menghadapi sikap Rakha yang begini.

"Gue mau balik ke kelas, lo mau ikut apa divsini?" tanya Dion.

"Duluan aja, nanti gue nyusul." Setelah mendengar jawaban Rakha, Dion melangkahkan kakinya keluar dari kantin. Arvin pun sudah tidak kembali lagi. Entah kemana perginya cowok itu.

Di tempatnya Rakha terdiam. Dia bingung dengan keadaannya sekarang. Tidak mau membuat kedua sahabatnya kecewa, tapi dia bisa apa. Dia belum mau membuka hatinya untuk siapa pun.

Matanya mengarah pada tiga siswi yang tengah bercanda. Rakha mengamati salah satu diantara ketiga itu. Zahra. Anak baru yang menjadi teman sebangkunya sekarang.

Rakha menghela napasnya, lalu beranjak. Kedua sahabatnya meninggalkan dirinya karena kesal. Rakha sadari itu. Makanya, sekarang dia mau menyusul. Meski yang akan terjadi adalah keheningan.

"Setiap Rakha lewat, gue merasa ada aura dingin dan mengerikan," celetuk Ayla saat Rakha yang baru saja melewati bangku mereka.

Rani tertawa. "Lebay, lo! Rakha 'kan memang gitu."

"Iya, tapi serem banget perasaan. Jutek, nggak ada senyum-senyumnya," ujar Ayla.

"Hm," Rani sedikit membenarkan posisi duduknya. "Meskipun dia gitu. Banyak cewek yang suka," Ayla mengangguk. Setuju dengan yang Rani katakan.

Ya. Banyak siswi di SMA Bintang yang menyukai Rakha. Baik yang diam-diam ataupun terang-terangan. Tetapi, Rakha tak pernah memberi respons. Bahkan mereka tak pernah melihat cowok itu dengan seorang perempuan. Kecuali mama atau kakaknya. Entah punya pacar atau tidak. Tapi setahu Ayla, Rakha itu single.

"Ra, lo kan sebangku sama Rakha. Gue berharap lo bisa buat Rakha balik lagi kayak dulu," ujar Rani menatap Zahra yang kini merasa bingung. Kenapa Rani berharap begitu padanya?

"Memang Rakha kenapa?" tanya Zahra.

"Nanti gue jelasin," kata Rani. Ayla yang sudah tahu pun hanya diam saja.

"Yaudah, balik ke kelas yuk," ajak Rani pada Zahra.

"Lah, gue gimana?" Ayla kebingungan.

"Ck. Lo kalau mau di sini, ya di sini. Kalau mau balik ke kelas, bareng kita aja," jelas Rani.

"Nggak ah, bosen gue di kelas. Yaudah gue di sini aja deh," ucap Ayla, memainkan game diponselnya.

"Awas lo sendirian, nanti digodain sama cowok-cowok alay," ujar Rani menakut-nakuti.

"Bodo' lah," cibir Ayla, tak peduli.

Zahra berjalan beriringan dengan Rani. Di sepanjang koridor kelas sebelas, banyak anak-anak dari kelas lain sedang memerhatikannya. Risi? Tentu saja. Tapi, mau bagaimana lagi. Dia tahu hal itu terjadi, karena dirinya terlihat asing di mata anak-anak SMA Bintang.

"Lo merasa horor ya, Ra?" tanya Rani dengan suara kecil. Seakan tahu apa yang Zahra rasakan.

Zahra mengangguk. "Iya. Kenapa anak-anak merhatiin gue segitunya?"

Mendengar Zahra berkata seperti itu. Rani tertawa. Kening Zahra jadi bergelombang.

"Jelas lah! Lo kan anak baru. Lo juga cantik, makanya banyak yang merhatiin," jelas Rani, namun Zahra tidak percaya.

"Ah, gue biasa aja kok, Ran," kata Zahra.

"Duh, susah, ya. Kenapa orang yang memiliki kelebihan diatas rata-rata itu selalu merendahkan dirinya di depan orang yang banyak kekurangan," ucap Rani, bercanda.

"Gue nggak ngerti maksud lo," ujar Zahra. Jujur.

"Ya ... Gue pun nggak ngerti apa yang gue ucapin," Rani tertawa. Sedangkan Zahra mengerutkan keningnya. Aneh, pikirnya.

"Oh iya, soal Rakha. Nanti gue certain, panjang juga soalnya."

"Kenapa, sih?" baik, sekarang Zahra dibuat penasaran.

"Dia ... Ah, nanti ajalah. Gue mau pacaran dulu. Lo duluan aja ya ke kelas," ucap Rani. Cewek itu sudah berlari menuju lapangan basket. Di sana ada Arvin dan Dion yang sedang bermain basket.

Rakha? Tidak tahu dimana keberadaan cowok itu.

Zahra memutuskan untuk kembali ke kelas. Matanya pun sempat membulat karena ada Rakha di bangkunya. Cowok itu terpejam dengan kuping yang tersumpal earphone.

Dengan pelan, Zahra berjalan. Duduk di bangkunya dan memainkan ponselnya. Sesekali dia menoleh, melihat cowok yang posisinya sama sekali tidak berubah itu.

Apa Rakha tidur?

Atau pura-pura tidur?

Entahlah. Zahra tak mau ambil pusing soal itu. Toh, itu haknya mau bagaimana. Tidur kek, guling, atau jungkir balik pun itu sama sekali bukan urusan Zahra.

Zahra menyumpal indra pendengarannya dengan headset yang ia bawa. Menenggelamkan kepalanya dengan tangan sebagai bantal, mulai menutup matanya untuk beberapa saat.

Merasa ada orang di sampingnya. Rakha membuka mata, dan melihat Zahra yang sedang tertidur. Sejak kapan cewek itu duduk di bangku sebelahnya?

Rakha menatap sekeliling kelasnya yang sepi. Hanya ada mereka berdua di kelas, sisanya mungkin berada di luar kelas. Untuk itu, Rakha kembali menutup kedua matanya. Mencoba untuk tidur kembali.


***


Bagaimana setelah membaca part ini?

Apa yang ingin kalian sampaikan?

Follow Ig: puspasetyaa_

Terima kasih dan sampai jumpa di part selanjutnya.

Puspa Setyaningrum
Prabumulih, 25 Januari 2020

Zahra & RakhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang