Part 18

8.8K 669 102
                                    

Budidayakan vote sebelum membaca dan komen setelah membaca.

Selamat menjalankan ibadah puasa.

Selamat membaca 🐣

***

Kebiasaan manusia adalah menilai seseorang tanpa tahu bagaimana sifat asli orang tersebut.
---Part 18---

Mungkin hari ini akan menjadi sejarah dalam hidup Zahra selama bersekolah. Dimana dia bangun kesiangan dan mengakibatkan datang terlambat ke sekolah.

"Makanya, tadi kakak udah bangunin kamunya nggak bangun-bangun," omel Aldo.

"Duh, nanti aja ngomelnya. Zahra pergi ya, Assalamualaikum," ucap Zahra, turun dari mobil dengan tergesa-gesa. Dengan cemas, dia berlari menuju gerbang sekolah yang masih terbuka sedikit. Hanya muat untuk badan.

"Telat ya, Mbak?" sapaan pertama Zahra dari Pak Bambang.

"Iya, Pak," balas Zahra dengan wajah tak enak.

"Langsung ke sana ya, Mbak," kata Pak Bambang, menunjuk barisan siswa yang terlambat.

"Iya, makasih, Pak," balas Zahra.

Zahra langsung masuk ke barisan, dimana banyak siswa laki-laki yang telat. Di hadapannya ada Pak Rama---guru olahraga yang kebetulan sedang piket. Jadi, beliau yang akan memberi hukuman untuk hari ini.

"Ck. Kamu lagi, kamu lagi. Kenapa kamu telat, Dani?" tanya Pak Rama pada siswa berambut gondrong itu.

"Kesiangan pak," balasnya menunduk.

"Saya bosen liat muka kamu terus. Alasannya juga sama kayak kemarin-kemarin," ujar Pak Rama geleng-geleng kepala.

"Baiklah, kalian saya hukum berdiri di depan tiang bendera."

Mendengar itu, Zahra langsung melebarkan matanya. Berdiri di depan tiang bendera? Yang benar saja. Apa tidak ada hukuman selain itu?

"Pak, kami kan cewek. Hukumannya yang lain aja, ya?" ujar seorang siswi perempuan yang bernasib sama seperti Zahra. Bermaksud menawar.

"Tidak. Hukumannya harus sama rata. Sekarang, kalian silakan kerjakan hukuman. Saya akan pantau dari pinggir lapangan," kata Pak Rama.

"Satu lagi. Hukumannya sampai jam istirahat pertama," tambah Pak Rama, kemudian berjalan menuju lapangan basket.

Semua anak yang terlambat langsung mengerjakan hukuman. Berdiri di depan tiang bendera sampai jam istirahat. Zahra menoleh ke belakang, saat itu juga dia terkejut ketika melihat siluet Rakha yang baris dibelakangnya.

"Lo telat?" tanya Zahra.

"Hm," balas Rakha tidak minat. Melihat itu, Zahra jadi diam. Badannya kembali menghadap ke depan.

Di lapangan, tim basket sedang latihan. Diawasi Pak Rama yang duduk di kursi panjang bawah pohon. Sesekali dia melirik ke barisan anak-anak terlambat.

Hari semakin panas. Zahra merasa tubuhnya kian berkeringat. Perutnya juga sedikit sakit begitu pun dengan kepalanya. Pasti karena dia tidak sarapan tadi.

"Eh, lo capek nggak, sih?" tanya cewek di sebelah Zahra.

"Lo ngomong sama gue?" tanya Zahra, menunjuk dirinya sendiri. Dia tidak mau kepedean.

"Iya, gue capek banget tau. Gerah ini," ujar cewek itu lagi.

Zahra hanya diam mendengarkan. Matanya perlahan memburam seiring dengan kepalanya yang sakit. Persis pada detik ketiga, tubuhnya ambruk. Siswi yang berdiri di sebelahnya pun langsung berteriak heboh karena terkejut.

Zahra & RakhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang