Part 41

7K 471 45
                                    

Putar lagu di atas biar adem💙

Bacanya pelan-pelan, biar ngerti. Jangan emosi.

Jangan lupa vote, komen and share!

Selamat membaca💙
•••

Zahra tersenyum ketika balasan pesannya dibaca oleh Rakha. Ternyata, semalam cowok itu menelponnya, bahkan mengirim banyak chat. Karena Zahra sengaja mematikan ponselnya semalam, baru pagi ini dihidupkan kembali. Dan saat itu juga, banyak chat masuk dari Rakha. Cowok itu mengucapkan terima kasih untuk kado pemberian darinya. Membacanya, Zahra ikut senang.

"Ra," panggil Bunda, berdiri di sela pintu yang sedikit terbuka.

Zahra mengalihkan pandangannya daei ponsel. "Kenapa, Bun?" tanyanya.

"Di bawah ada temen kamu, cewek." ujar Lina. Kerutan di kening Zahra terlihat, pertanda bingung.

"Rani atau... Ayla?" tanya Zahra dengan ragu. Walau besar kemungkinan kedua temannya itu bisa saja datang ke rumahnya.

"Bukan. Kalau mereka, Bunda hapal. Temen kamu yang ini Bunda baru liat, cantik anaknya."

Mendengar ucapan Bunda, Zahra merasa tak enak. Feeling-nya mengatakan bahwa cewek yang bunda maksud adalah..

"Kok bengong? Sana samperin." kata Bunda, setelah itu keluar dari kamar putrinya yang masih terdiam.

Apa mungkin dia?

Zahra menaruh ponselnya di nakas. Cewek dengan baju kaus berwarna navy itu turun. Dari tangga dia bisa melihat sosok yang datang ke rumahnya. Feeling-nya tepat, tidak meleset sama sekali. Di sana, Laras dengan anggunnya tertawa bersama Lina. Entah apa yang mereka bicarakan dan sejak kapan cewek itu terlihat dekat dengan bundanya?

"Nah ini anaknya, tante tinggal ke belakang ya."

"Iya, tante." balas Laras dengan senyum manisnya. Perempuan yang melihat saja merasa terpukau, lalu apa kabar dengan kaum laki-laki?

Zahra duduk di sofa yang berseberangan dengan Laras.

"Ada apa ya Ras?" tanya Zahra, canggung. Pertemuan kedua kalinya dengan Laras, dan sekarang dia terjebak. Sendirian, tidak ada orang lain yang bisa membantunya berbicara.

Ingat kalau Zahra tidak mudah bergaul dengan orang baru? Bahkan ketika dia baru pindah, dia meminta Rani untuk selalu berada disisinya.

"Sorry, gue tau lo merasa keganggu sama kedatangan gue yang tiba-tiba. Apalagi, ya, kita baru ketemu kemarin." jelas Laras.

"Iya, sih, heran aja gitu gimana lo bisa tau rumah gue." ujar Zahra.

Laras mengangguk. Dan saat itulah Zahra sadar, kalau cewek yang ada di hadapannya ini selalu memakai topi rajut. Zahra jadi penasaran..

"Gue ke sini ada hal penting yang mau diomongin." ujar Laras, berhenti sejenak karena Lina kembali datang dengan nampan berisi dua gelas cokelat hangat dan cemilan.

"Nah, diminum ya Laras."

"Wah, makasih tante, jadi ngerepotin nih." kekeh Laras.

"Ah, biasa aja kok." kata Lina, kemudian pamit undur diri, melanjutkan pekerjaan dapur sebagai ibu rumah tangga.

"Minum dulu, Ras." ujar Zahra. Laras pun mengangguk lalu menegak cokelat itu hingga tersisa setengah.

"Enak, lo suka cokelat?" Laras bertanya.

Zahra & RakhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang