Part 33

7.5K 556 49
                                    

Selamat membaca. Jangan lupa vote, komen dan share!

***

Drtt.. drtt..

Zahra mendengar ponselnya yang berbunyi. Ada pesan masuk dari Rakha.

Pacar Ganteng❤

Pacar cantik

Hari ini aku nggak bsa breng sma kamu, soalnya kakak mnta anter ke kampus.

Iya nggak apa², nanti bsa ktemu di sekolah kan.
Salam buat kakak yahh :)

Setelah membalas pesan itu, Zahra menaruh kembali ponselnya di meja rias. Nama kontak Rakha diponsel nya sudah berganti, dan itu Rakha sendiri yang mengubahnya. Hal yang harus dia ingat juga, kalau hari ini dia akan pergi ke rumah Rakha setelah pulang sekolah.

Mau tau rasanya? Deg-degan.

Dia tidak tahu kenapa, tapi ketakutan itu muncul sendiri. Semalaman dia berpikir, apa keluarga Rakha akan menyukainya nanti. Apa mereka senang dengan kedatangannya? Zahra hanya takut kehadirannya nanti tidak dianggap. Tapi ya sudahlah, lihat saja nanti bagaimana.

Dan satu lagi. Pergi bersama atau tidak dengan Rakha tak masalah untuknya. Mereka masih bisa bertemu di sekolah, saat Rakha main ke rumah dan saat janjian di luar. Walaupun yang terakhir itu belum pernah mereka lakukan. Karena kalaupun ingin bertemu, Rakha senantiasa menjemputnya di rumah barulah mereka pergi ke luar, makan ataupun jalan-jalan.

Pukul 06.00 saatnya ia turun untuk sarapan dan pergi ke sekolah. Ia ingin berangkat lebih awal, karena ingin membaca novel kesayangannya di perpustakaan.

Hal yang membuatnya lebih senang lagi adalah info dari kelas bahwa sampai jam istirahat pertama, mereka akan free karena guru sedang mengadakan rapat. Zahra sudah membawa novel barunya yang akan dia baca nanti, lumayan untuk menghilangkan rasa bosannya.

"Pagi, Bun," sapa Zahra.

"Pagi sayang. Tumben udah turun?"

"Mau berangkat pagi," balas Zahra.

"Rakha jemput?" tanya Bunda Lina.

Zahra menggeleng. "Hari ini nggak bisa. Soalnya kakaknya minta anter ke kampus katanya."

Lina mengangguk, sembari mengoleskan selai pada roti.

"Rakha punya kakak perempuan, ya?" tanya Bunda Lina.

Zahra mengangguk. "Iya, cantik juga."

"Dua bersaudara?"

Lagi, lagi, Zahra mengangguk. Membenarkan ucapan bundanya.

"Ya udah, buruan sarapan. Nanti jadi ke rumah Rakha?" tanya Lina, menyodorkan roti dengan selai coklat kesukaan putrinya.

"Punya Aa mana, Bun?" tanya aldo tiba-tiba, yang baru saja turun dari kamarnya.

"Aa kayak jelangkung," celetuk Zahra.

"Kenapa?" dengan alis berkerut Aldo bertanya.

"Main nongol aja."

"Biarin," balas Aldo sengit.

Zahra membuang napasnya. Lebih baik ia sarapan daripada berdebat dengan kakaknya itu. Toh, dia tidak akan menang. Selalu saja Aldo yang ingin menang.

"Buruan makannya. Aa nggak mau telat ke kampus."

Zahra melihat piring Aldo yang sudah bersih. Padahal ia yang duluan makan, kenapa Aldo yang duluan selesai. Cepat sekali. Doyan atau lapar?

Zahra & RakhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang