Part 42

7.5K 502 6
                                    

Putar lagu di atas, biar adem dan feelnya dapet.

Jangan emosi yak.

Jangan lupa vote, komen and share!

Selamat membaca para bucinnya Rakha💙💙💙

•••

Sudah seminggu ini Zahra datang ke sekolah lebih awal. Dia selalu pergi ke perpustakaan sampai di lima menit sebelum bel jam belajar dimulai, barulah dia ke kelas. Sebenarnya, bukan tanpa alasan dia melakukan hal itu. Ada yang dia hindari seminggu ini, Rakha. Kalau dipikir-pikir, dia tidak perlu  menghindari Rakha. Tetapi dia melakukannya.

Hari ini, dia berniat ke rooftop sekolah. Sudah lama dia tidak ke sana. Langkah kakinya mulai menapaki anak tangga. Persis ketika dia berdiri di ambang pintu roftop yang terbuka, Zahra melihat Rakha yang berdiri---membelakanginya---dengan berpegangan pada pembatas roftop. Sebelum ketahuan, Zahra buru-buru membalikan badan, berniat pergi.

"Mau ke mana?"

Deg!

Dengan otomatis Zahra berhenti, berdiri di tempatnya dengan perasaan bingung. Rakha menghela napasnya. Dengan kedua tangan yang berada di saku celana, dia berjalan dan behenti beberapa jengkal di belakang Zahra.

"Kenapa mau pergi?" tanya Rakha.

Setelah pertemuan di hari ulang tahunnya, dia tidak lagi bertemu dengan Zahra kecuali di sekolah selain karena jadwal belajar yang bertambah. Pertanyaan itu membuat Zahra berbalik, kedua matanya bertubrukan dengan mata tajam milik Rakha.

"Nggak apa-apa."

"Yakin?" tanya Rakha. Zahra mengangguk.

"Seminggu loh Ra, kamu kayak gini. Apa lagi yang kamu sembunyiin? Mau kasih surprise lagi buat aku?" tanya Rakha dengan senyum miringnya. Percayalah, keadaan Rakha sedang tidak baik akhir-akhir ini. Permintaan Laras dan menjauhnya Zahra membuat Rakha pening.

"Gak ada surprise Rakha, memang sudah seharusnya kayak gini," ucap Zahra. Berusaha tegar, namun sejatinya dia bersedih. Jauh di lubuk hatinya, dia sedang takut.

"Seharusnya kayak gini?" beo Rakha.

"Maksud kamu dengan aku yang luangin waktu buat Laras dan kamu menjauh, gitu?" tanya Rakha. Zahra menghela napasnya, berjalan melewati Rakha dan berdiri di dekat pembatas roftop.

"Dia butuh kamu, dan kamu pun pasti kangen sama dia 'kan?" mendengar itu, Rakha membalikan badannya. Ingin marah, tapi dia tahan.

"Opsi pertama emang bener, tapi yang kedua enggak. Aku nggak kangen sama Laras, apalagi sama hubungan yang pernah terjalin. Aku seneng dia balik, tapi aku nggak pernah kepikiran buat balikan sama dia," ucap Rakha.

"Aku nggak bilang kalau kamu mau balikan sama dia Rakha!" sergah Zahra. Keadaan di roftop ini menjadi panas karena perseteruan dua sejoli itu. Andai saja ada yang melihat, mereka pasti akan menyebar hal itu ke seluruh siswa SMA Bintang.

"Terus? Mulut kamu bilang enggak, tapi tindakan kamu bilang kayak gitu, Ra. Please, jangan buat hubungan kita jadi kayak gini," pinta Rakha dengan suara tercekat.

"Kayak gini gimana?" ucap Zahra. Dengan berani dia menatap mata Rakha yang sayu. Cowok itu kelihatan lelah.

Hening. Keduanya sama-sama diam, terlebih Rakha yang tak henti mengusap kasar wajahnya. Kenapa jadi serumit ini?

Zahra & RakhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang