Debaran Makan Malam (Part 5)

25 2 0
                                    

“Hahaha, iya bener. Aku dulu sok baik banget nraktir makan, padahal malemnya aku kelaparan cuma minum obat maag. Tapi malam itu beda, Ndis. Aku udah kelaperan banget gak makan seharian. Aku bahkan sampe bolos nggak berani ke kampus gara-gara nggak pegang uang sepeserpun. Dan malam itu kamu udah kayak dewi penyelamatku, bawain aku makanan enak. Disitu aku sempet janji ke diriku sendiri, suatu saat aku bakal traktir kamu makan disini dengan uang hasil keringatku sendiri.”

“Hah? Serius, Dan? Kamu butuh ngumpulin duit selama empat tahun kerja Cuma buat nraktir aku makan disini? Gajimu kecil banget, ya? Ya ampun, Dan, miris amat hidupmu.”

“Kamu ngejek apa balas dendam sih, Ndis?” tanya Dana sambil tertawa. “Ya maaf aku baru bisa nepatin janjiku setelah empat tahun kita berpisah. Aku bener-bener lupa sama janji itu. Sekarang, mumpung aku ingat, makanya aku tepatin.”

Aku hanya bisa tersenyum. Sepertinya ajakan Dana makan malam memang hanya untuk menebus janji yang belum ditepati. Tidak ada maksud dan tujuan lain seperti ngajak balikan, misalnya.

Tak lama makanan datang. Percakapan kami terhenti. Mulutku memang mengunyah makanan, tapi pikiranku larut dalam berbagai prasangka. Kenikmatan ayam goreng legendaris ini jadi kurang berasa. Rasanya ingin ku kunyah saja pelan-pelan. Aku bingung harus berbincang apalagi jika makanan ini habis.

Ternyata Dana yang lebih dulu menghabiskan makanan. Ia lalu menyulut rokok. Asap tersebar kemana-mana, tapi aku tidak protes. Lebih baik aku mati kena bronkitis daripada mati salah tingkah.

Aku menghabiskan makanan dan minumanku tepat ketika rokok Dana habis. Pria itu langsung berdiri dan membayar ke kasir. “Yuk, cabut!” ajaknya sekembalinya dari meja kasir.

“Langsung?” tanyaku polos.

“Ya mau ngapain lagi emang? Mau nginep sini?” jawab Dana membuatku makin terlihat bodoh. Aku mengekor di belakang Dana, mengancingkan tali helmku sendiri, dan berpegangan erat diatas joknya supaya tidak jatuh terjengakang. Kupikir malam ini kami akan berjalan-jalan setelah makan malam. Ternyata, dia langsung membawaku pulang.

The Baker (Life isn't always as sweet as a cake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang