Debaran Makan Malam (Part 6)

27 2 0
                                    

 “Dan, ini kue pesenanmu” ujarku menyodorkan sekotak kue padanya ketika kami sampai di rumah. Ia membuka tutup kotaknya dan berseru kaget.

“Apaan nih kue gosong gini? Kamu niat bales dendam, ya?!”

“Dih, dikit dikit balas dendam! Kalo niat bales dendam udah ku santet kamu dari dulu!” sahutku sebal. “Itu bukan gosong! Itu namanya charcoal cake!”

“Ya abisnya item gini doank kayak gosong. Mana gak ada hiasan apapun.”

“Eh, malih, ini namanya gaya korean lettering cake. Sekarang kue yang lagi hits ya yang kayak gini. Kue polosan, trus ntar dikasih tulisan kecil diatasnya.”

“Terus kenapa gak kamu kasih tulisan?”

“Ya kan kamu gak pesen mau nulis apa? Emangnya kamu mau aku tulis ‘turut berduka cita atas matinya rasa cinta?’ “

Dana terkekeh geli. Ia lalu mengusap ubun-ubunku, membuat jantungku makin tak karuan. Aku selalu suka sentuhan tangannya saat mengusap kepalaku. Berasa seperti kuntilanak yang dipasangi paku supaya berubah jadi manusia.

“Yaudah, kalo gitu, will you marry me?” ujar Dana.

Kata-kata Dana barusan langsung membuatku bagai tersambar petir. Aku melongo menatap Dana yang balas menatapku. Benarkah secepat ini ia memintaku kembali? Bukan hanya kembali, tapi juga menikah?

Will you marry me?” ulangnya lagi dengan tatapan mata yang lebih dalam menelanjangi perasaanku. Degup jantungku makin tak karuan. Aku menelan ludah dan berusaha mengatur nafas agar lebih tenang.

“Dan, a... Aku...” ujarku terbata. “Aku belum bisa ja...”

Will you marry me. Tulis aja kayak gitu, Ndis. Yang bagus, ya!” jawab Dana.

Aku terkesiap seperti orang yang baru sadar dari hipnotis.

Will you marry me itu tulisan yang mau kamu taroh di kue?” tanyaku polos.

“Iya. Aku mau ngelamar cewekku. Kayaknya romantis kalo pake kue.”

Aku menggigit bagian bawah bibirku. Gendis bodoh! Bisa-bisanya ge-er mengira Dana ngucapin ‘will you marry me’ untuk melamarku. Seharusnya aku tau pria flamboyan seperti Dana tak mungkin tak memiliki kekasih! Uugh, seharusnya aku bikin kuenya beneran gosong saja, bukannya gosong karna charcoal!

The Baker (Life isn't always as sweet as a cake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang