“Jadi kamu apa kabar?” tanya Dana memulai percakapan.
“Baik.” Jawabku berusaha terlihat biasa saja.
“Bisnis kuemu lancar?”
“Alhamdulillah.”
“Papa mama sehat?”
“Alhamdulillah.”
Krik krik krik... Percakapan itu terasa amat garing. Bahkan jangkrik pun tertawa dibuatnya. Aku benar-benar bingung harus menjawab apa. Hingga akhirnya ku beranikan diri untuk balik bertanya.
“Kamu sendiri gimana kabar? Kerja dimana sekarang?” tanyaku basa-basi.
“Masih kerja di Bank. Cuma sekarang udah pindah ke back office, nggak jadi teller lagi”
“Wah, naik pangkat nih ceritanya. Jadi ini pesen kue buat ngerayain kenaikan pangkat?”
“Hahaha, nggak juga kok. Lagian pindahnya udah enam bulan lalu. Telat kalo dirayain sekarang.”
“Terus, ngajak makan malam dalam rangka apa nih?”
“Ya mumpung baru gajian. Jadi bisa lah nraktir kecil-kecilan.”
“Ya kalo Cuma traktiran hari gajian kenapa nggak dari dulu dulu aja?”
Dana terkekeh geli mendengar jawabanku yang to the point. “Ndis, kamu masih sama kayak dulu, ya. Nggak bisa basa basi, langsung to the point aja. Berasa diwawancara Najwa Shihab nih!”
“Ya habis alasan kamu gak jelas. Berbelit!”
“Oke oke. Aku mau jujur sekarang.” Tatapan mata Dana berubah serius. Membuat hatiku makin deg-degan tidak karuan.
“Gendis,” ujar Dana lagi. “Alasanku ngajak kamu makan malam disini adalah untuk menepati janjiku.”
Ha? Janji? Janji yang mana ya? Sungguh aku lupa jika dulu kami pernah membuat janji makan malam di tempat ini. Memangnya pernah, ya?
Melihat ekspresiku yang kebingungan, Dana kembali melanjutkan ucapannya. “Kamu inget nggak dulu kamu pernah bawain aku sekotak nasi ayam bu Lanny ke kosan? Waktu itu tanggal tua. Aku Cuma mahasiswa dari perantauan. Aku udah bener-bener nggak punya uang. Tapi aku malu mau bilang.”
“Bukannya dulu tiap akhir bulan kamu emang selalu kehabisan uang? Lagian salah sendiri. Siapa suruh sok-sokan nraktir cewek-cewek makan siang. Pake acara beliin pembalut dan Kiranti pula. Gimana nggak cepet abis itu duit!” sahutku mengenang masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baker (Life isn't always as sweet as a cake)
General FictionGendis di PHK dari kantornya karena pandemi covid-19. Demi bertahan hidup, ia mencoba peruntungan menjadi pembuat roti. Banyak kisah menarik dibalik tiap roti yang dibuatnya. "Karena hidup tidak selalu semanis kue, maka makanlah kue agar hidupmu te...
