Coklat Untuk Tita (Part 3)

45 6 0
                                    

Hari minggu pun tiba. Aku membawa lima kotak dessert box sebagai oleh-oleh untuk Tita sekeluarga. Dari dulu Tita suka sekali makan coklat. Ia bahkan pernah dihukum guru karena ketauan makan coklat saat jam pelajaran berlangsung. Ia bilang, tidak bisa fokus belajar jika tak ada coklat. Untungnya, tubuh Tita tidak pernah gemuk, meski banyak coklat bersarang di perutnya.

“Assalamualaikum” panggilku sambil mengetuk pagar rumah Tita. Seorang bocah lelaki kecil yang lucu berlari membukakan pintu untukku. “Hai, kamu ganteng banget. Namamu siapa?”

“Bayu” sahut bocah kecil itu.

“GENDIIIS!” Tita berteriak kecil dan berlari ke arahku. “Ayo, masuk. Bayu, salim dulu sama tante Gendis”

“Nggak boleh salim, ma, kan ada corona” sahut Bayu

“Ya ampun, Ta. Pinter banget anakmu. Ini sayang, dibawa kuenya kedalam” ujarku sambil menyodorkan bungkusan berisi dessert box.

Bayu mengintip isi di dalam bungkusan tadi. “Ma, coklat! Asiiiik” ujarnya lalu berlari ke dalam rumah.

“Papa mama sehat, Ta?” tanyaku sembari berjalan mengekor dibelakang Tita.

“Sehat. Tapi sekarang lagi pada ke Jogja. Ke tempat adikku. Istrinya baru melahirkan”

“Adekmu si Tito? Ya ampun, udah nikah dia! Kalah cepet aku!”

“Hahaha. Lagian kamu nunggu apa sih kok ngga nikah-nikah?”

“Nunggu dilamar Reza Rahardian”

“Dih, ngimpi lo ketinggian!”

Kami tertawa kecil. Tita lalu mengajakku duduk dan mengobrol di ruang TV, sedangkan Bayu asik bermain sendiri dengan mainannya. Kami bercakap sambil nostalgia mengenai kabar kawan-kawan jaman SMA.

“Terakhir aku datang ke nikahan Selly tiga bulan sebelum pandemi. Dan tiga bulan setelahnya, gantian Selly yang dateng nemenin aku di sidang perceraianku. Lagi hamil muda, pula! Bayangin aja di ruang sidang dia dikit-dikit muntah. Akhirnya dia disuruh keluar karena dianggap mengganggu jalannya persidangan.” Ujar Tita santai sambil tertawa.

“Tunggu... Apa, Ta? Kamu cerai?” Tanyaku heran

“Iya, divorce. Dia selingkuh ama temen kantornya sampe hamil. Ya udah, aku kudu gimana lagi? Aku nggak sanggup berbagi suami.”

Perceraian itu terjadi di awal pandemi. Sudah sembilan bulan berlalu. Mantan suami Tita tidak memberi nafkah, sedangkan Bayu butuh susu. Itu sebabnya akhirnya Tita menjadi ojek online, sebab di masa pandemi ini tidak ada lowongan pekerjaan. Yang ada malah PHK massal.

“Ta, i’m sorry to hear that

It’s okey, Ndis. We’re still survive. Aku harus kuat untuk anakku.”

The Baker (Life isn't always as sweet as a cake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang